Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembilan "Wasiat" Steve Jobs yang Dilanggar Apple

Kompas.com - 08/10/2014, 09:14 WIB
Oik Yusuf

Penulis

KOMPAS.com - Hari Senin (6/10/2014) kemarin menandai tahun ketiga kematian Steve Jobs. Almarhum pendiri Apple ini dikenal sebagai orang yang bisa menyetir trend dengan menelurkan produk-produk inovatif macam iPhone dan iPad.

Namun, namanya manusia, tentu tak selamanya Jobs dan Apple bisa membuat keputusan atau prediksi yang benar. Apple pun beberapa kali harus melanggar petuah Jobs yang ternyata tak sesuai dengan perkembangan zaman.

Nah, berikut ini daftar sebagian "wasiat" yang keliru itu, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Business Insider.

1. Memperkirakan IBM dan Apple bakal menjadi dua pemain terbesar di industri komputer

"Dalam hal memasok komputer, hal itu bakal ditentukan oleh Apple dan IBM," kata Jobs dalam sebuah interview dengan Playboy, tahun 1985 silam.

"Dan saya pikir tak akan ada banyak perusahaan lain di urutan ketiga atau keempat, apalagi urutan ketujuh atau kedelapan," tambah Jobs lagi.

Nyatanya, ada banyak pabrikan komputer lain di luar Apple dan IBM yang tumbuh dan berkembang. Apple sendiri pernah nyaris bangkrut pada 1997 sebelum bangkit kembali di bawah nahkoda Jobs.

2. Mengira jasa langganan musik online tak bakal laku

Tahun 2003, Jobs menunjukkan sikap nyinyir terhadap layanan langganan musik ketika itu, seperti misalnya Rhapsody.

"Orang-orang tak mau mendengarkan musik secara berlangganan… yang mereka mau adalah membeli download," kata Jobs, seraya menyebut layanan langganan musik tak bakal laku.

Tapi dia keliru dalam hal tersebut, karena music subscription service seperti Pandora dan Spotify kemudian terbukti bisa meraih popularitas.

Akibat anggapannya itu, Apple telat masuk ke bisnis langganan musik dan terpaksa merilis iTunes Radio belakangan. Langkah ini dilanjutkan lewat akuisisi Beats Audio.

3. Mengisi iTunes hanya dengan lagu

iTunes pada awalnya hanya menjual lagu, bukan video. Jobs tak punya bayangan bahwa toko online perusahaannya itu bakal menyalurkan konten di luar musik.

"Kami pikir bukan itu (video) yang diinginkan oleh orang-orang. Sebuah film butuh waktu sangat lama untuk selesai diunduh, tak ada gratifikasi instan," katanya dalam interview dengan Rolling Stone, 2003 silam.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com