Meski demikian, pria yang akrab disapa Sam itu tidak mau bergantung dengan orang lain dan tetap ingin bekerja.
Saat ditemui di kediamannya, di wilayah Jakarta Barat, Sam sedang tidur telentang sambil mengetik di laptop miliknya.
Laptop Sam diletakkan di sebuah pipa besi yang dimodifikasi sehingga bisa menopang laptop. Penyangga laptop Sam ini dibuat khusus oleh Arif Christianto, teman dekat Sam.
Bagi sebagian orang, kondisi Sam mungkin membuat sedih. Tak sedikit orang yang akan patah semangat menghadapi hal serupa.
Namun tidak demikian dengan Sam. Ia mengaku tetap optimistis. Salah satu kata-kata penyemangat yang ia pegang berasal dari salah satu temannya, yang mengatakan: bahagia jangan dinilai dari kesehatan saja.
"Kalau saya enggak optimistis nanti saya mana bisa hidup, nanti saya enggak pernah bahagia dong," kata Sam, saat ditemui akhir Agustus 2014.
Peristiwa yang menimpa Sam sepintas tampak sederhana. "Saya waktu itu mau pergi kerja, terus saat lagi jalan saya jatuh, kena tulang belakang," kata Sam.
Setelah terjatuh, Sam tidak merasa ada yang aneh. Dia kemudian melanjutkan perjalanannya ke kantor dengan menumpangi taksi.
Namun, selang beberapa hari, Sam merasa tidak sehat dan lama-kelamaan seluruh badan Sam tidak bertenaga dan tidak bisa berdiri sama sekali.
Sam kemudian melakukan pemeriksaan pertamanya di Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat. Rupanya, kejadian sederhana itu berdampak luar biasa pada tubuhnya.
Dokter ketika itu menyimpulkan sementara bahwa saraf tulang belakang Sam tertekan dan tidak bisa berfungsi seperti biasanya.
Sam pun tidak bisa bekerja karena badannya tidak kuat untuk bergerak. Setelah meminta izin, kantor Sam saat itu memperbolehkan Sam untuk bekerja di rumah selama enam bulan.
Lewat dari enam bulan, Sam mengundurkan diri. Kemudian, bersama dengan beberapa temannya, Sam mengerjakan beberapa proyek.