Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TechTravel #2: Bagaimana “Tirai Bambu” Membangun Masyarakat Digital?

Kompas.com - 12/02/2015, 14:52 WIB
Pepih Nugraha

Penulis

Oleh: Pepih Nugraha

KOMPAS.com - Pada tahun 1990-an saya membaca buku The Third Wave tulisan futuris Alvin Toffler. Dalam buku itu Toffler membagi bentuk kehidupan sosial masyarakat –sebut saja peradaban- ke dalam tiga gelombang, yakni agraris, industri, dan informasi.

Rupanya Huawei punya versi periodisasi sendiri soal “perkembangan peradaban” dunia ini. Kelima periode versi Huawei itu adalah:
1) tatkala mesin uap pertama kali ditemukan tahun 1790;
2) dimulainya pembangunan rel keretaapi tahun 1840;
3) disusul listrik dan industri kimia tahun 1890;
4) booming minyak bumi dan otomotif tahun 1940; dan
5) dimulainya teknologi informasi 1990 saat internet pertama kali diperkenalkan Sir Timothy Berners-Lee.

Secara sadar, Huawei menempatkan penemuan internet oleh Berners-Lee sebagai tonggak peradaban baru yang mengarah ke pembentukan Digital Society.

Saya kembali teringat momen yang tidak mungkin terlupakan tatkala akhir 2010 saya berkesempatan bertemu penemu internet ini dan mengejarnya untuk sebuah wawancara singkat. Acaranya sendiri bernama Nokia World, acara tahunan besar produsen ponsel asal Finlandia, yang saat itu diselenggarakan di London, Inggris.

Saat itu gonjang-ganjing Nokia akan dibeli Microsoft sudah nyaring terdengar, bahkan Stephen Elop, orang Microsoft digadang-gadang sebagai CEO baru Nokia, juga hadir di megaacara tersebut.

Saya hadir atas penugasan dari Harian Kompas, tempat di mana saya bekerja. Sebelumnya saya paham betul siapa Berners-Lee ini, yang bagi saya adalah “orang hebat” dan ilmuwan yang sangat revolusioner dalam mengubah serta membentuk peradaban baru; peradaban digital.

Saya membaca biografinya di majalah Time yang menempatkannya sebagai 100 manusia berpengaruh di dunia. Saya pikir, keterlaluan kalau saya melewatkan kesempatan emas ini; mengejar dan mewawancarai orang berprestasi sekaliber Berners-Lee.

Maka, tatkala selesai mempresentasikan pemikirannya di ajang yang mempertemukan para developer aplikasi mobile dunia ini, saya langsung mengejar dan “menyergap” Berners-Lee untuk sebuah wawancara singkat.

Hasilnya tentu saja sebuah cerita mengenai biografi dirinya yang kemudian dimuat di rubrik sosok Harian Kompas edisi Kamis 30 September 2010 berjudul "Berkat Berners-Lee, Manusia Bisa Berinternet".

Huawei rupanya menjadikan penemuan Berners-Lee ini sebagai tonggak atau cikal-bakal terbentuknya peradaban digital yang serba tersambungkan satu dengan yang lain, baik manusia dengan mesin, mesin dengan manusia, antarmesin, dan mesin dengan perangkat mobile yang kelak disebut sebagai Internet of Thing (IoT).

Dalam catatan perjalanan ke depan, saya akan mengulas konsep IoT, pengertian dan aplikasinya dalam kehidupan sehari serta bagaimana semua perusahaan elektronik yang bersinggungan dengan dunia digital dan internet memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Huawei menyebut periode mesin uap sampai minyak bumi berlimpah dan otomotif disebut sebagai terobosan terhadap keterbatasan fisik (tubuh). Sedangkan khusus periode 1990 sampai sekarang, yakni saat pertama kali internet ditemukan, disebut terobosan terhadap keterbatasan otak manusia dengan beberapa turunan sifat teknologi ICT yang dikejar seperti  “menyenangkan”, “mudah”, “aman”, “cerdas”, “efisien”, dan “sinergis”.

Jika disimak, secara sengaja Huawei “meniadakan” satu periode penting dalam peradaban manusia, yakni peradaban agraria. Sedangkan Alvin Toffler menempatkan masyarakat agraris ini sebagai salah satu periode penting.

Huawei rupanya langsung “lompat” ke periode berikutnya, yakni periode industri dengan penanda utama ditemukannya mesin uap oleh James Watt.

Apa alasan Huawei menciptakan lima periodisasi “peradaban manusia” tanpa menyertakan masyarakat agraria yang dianggap sebagai peradaban mula manusia?

Saya memperoleh kunci jawabannya dari David Wang, President Government Affairs Huawei, saat saya mewawancarainya di Shenzen, Tiongkok, 19 Desember 2014 lalu. “Kunci Huawei mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi tidak lain membentuk kehidupan masyarakat digital yang menyenangkan dan efisien dalam bekerja,” katanya.

Berangkat dari credo menciptakan masyarakat digital yang lebih cerdas, kata kunci utama yang dikembangkan kemudian adalah terkoneksinya satu dengan lainnya dalam format M2M, yakni ketersambungan mesin-mesin, mesin- manusia, manusia-mesin, atau mesin-perangkat bergerak.

Huawei menganalogikan, jika jumlah triliunan neuron otak manusia adalah sama untuk setiap individu, ketersambungan antarneuron akan membuat kecerdasan menjadi lain atau berbeda dengan yang sudah ada. Masyarakat digital yang diciptakan tidak lain mengolah informasi yang terkomputerisasi dan tersambungkan melalui jaringan internet.

Apa wujud dari Internet of Thing dalam kehidupan sehari-hari yang ada dalam pandangan insinyur elektronik dan digital di Tiongkok? Ikuti catatan perjalanan TechTravel berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com