Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TechTravel #8: Era Digital, Tiongkok Rangkul Gen C

Kompas.com - 18/02/2015, 15:32 WIB
Pepih Nugraha

Penulis

Oleh: Pepih Nugraha

KOMPAS.com - Pemerintah komunis Tiongkok telah lama menjalankan politik tertutup dengan hanya memberlakukan satu partai saja, yakni Partai Komunis Tiongkok. Karena satu-satunya partai yang dikendalikan dari pusat, maka dia pulalah yang berkuasa dan memegang pemerintahan.

Kendali atas rakyat dan negara semakin menjadi-jadi pasca kerusuhan Tiananmen tahun 1989. Daulat penuh atas rakyat ini juga berimbas pada kebijakan pemerintah pusat yang memblokir situs-situs “jahat” yang datang dari Barat.

Meski menjalankan politik tertutup, bukan berarti Tiongkok menutup diri untuk urusan lainnya. Di bidang ekonomi umumnya dan usaha bidang teknologi informasi dan komunikasi khususnya, ia menciptakan iklim usaha yang benar-benar sehat dan nyaman. Tidak aneh kalau perekonomian tumbuh pesat seperti tidak terbendung.

Pemerintah, misalnya, memberi keleluasaan kepada industriawan dan pengusaha bidang ICT untuk berlomba-lomba mencapai yang terbaik. Perlombaan global mengembangkan jaringan 5G di markas Huawei hanyalah contoh kecil saja. Bahkan bagi investasi asing, pemerintah Tiongkok memberi berbagai kemudahan, termasuk membebaskan pajak dan pungutan. Iklim usaha yang menyenangkan membuat pengusaha tenang dan aman dalam berbisnis.

Saat saya melakukan perjalanan dari Hongkong, Shanghai dan Shenzhen, betapa terasa bahwa penduduknya sangat patuh (baca disiplin) pada aturan. Tentu ini hasil doktrin dan indoktrinasi penguasa terhadap rakyatnya, hasil menanamkan falsafah hidup sehingga membuahkan kedisiplinan yang tinggi. Ini yang sangat mengejutkan, setidak-tidaknya saya yang memiliki gambaran buruk terhadap negeri ini yang saya bayangkan sebagai “menyeramkan”, “dingin”, “kejam”, “kotor”, “jorok”, dan cap negatif lainnya.

Di sisi lain, berdirinya gedung pencakar langit yang menembus awan seperti Shanghai Tower, Shanghai World Financial Center dan Jin Mao Tower menunjukkan betapa majunya ekonomi Tiongkok. Itulah Tiongkok yang saya lihat dan saksikan dari dekat.

Ketersambungan satu orang dengan yang lainnya dan ketergantungan orang dengan perangkat bergerak berinternet telah memunculkan persaingan terbuka di negeri ini. Tidak semata-mata berlomba memproduksi gadget dengan berbagai varian, keunggulan serta keunikannya, melainkan juga dari sisi infrastruktur yang memungkinkan semua perangkat bergerak bekerja baik.

Gadget ternama yang sudah menjadi gaya hidup warga Tiongkok sehari-hari antara lain Huawei, ZTE, Oppo, dan Xiaomi. Masih sederet nama lain di belakang. Masing-masing berlomba menghadirkan kemudahan dalam penggunaan dan kemurahan dalam harga. Sedangkan dari sisi infrastruktur seperti jaringan supercepat 5G, menarik mengikuti Huawei Technologies yang sangat progresif dalam menempatkan setengah dari 150.000 karyawannya untuk penelitian dan pengembangan.

Perusahaan ICT terkemuka yang didirikan Ren Zhengfei di tahun 1987 ini juga menyediakan layanan dan solusi bagi pemerintah maupun perusahaan swasta secara global. Menyasar ke kebutuhan dasar teknologi yang diperlukan manusia untuk mempermudah kehidupan sehari-hari, bahkan barang kecil seperti USB atau TalkBand yang melilit pergelangan tangan pun dipikirkan dan diproduksi secara masal.

Saya melihat bagaimana produsen ICT Tiongkok menerapkan prinsip “follow the consumer needs”. Ia juga rajin memetakan kebetuhan itu berdasarkan usia dan generasi, sekadar mengidentifikasi secara pasti bentuk demografi dan kebutuhan yang menyertainya.

Untuk menerapkan strategi bisnis dengan kata kunci “tersambungkan” (connected) dan berkembangnya media sosial, misalnya, Huawei justru menghilangkan gap antargenerasi seperti Generasi Baby Boomers, Generasi X atau Generasi Y.

Sebagai gantinya, ia hanya mengidentifikasi dua jenis generasi yang berbeda, yakni “Generasi Tersambungkan” atau The Connected Generation dan “Generasi Terputus” atau The Unconnected Generation. Dari demografi  ini terlihat, fokus bisnis ada pada “Generasi Tersambungkan” yang kemudian disingkat menjadi “Generasi C”.

Munculnya “Generasi C” ini kemudian di-breakdown lagi menjadi C-Connected, yakni Communicating (komunikasi), Crowd-Shaped (kerumunan), Content-oriented (konten), Collaborating (kerjasama), dan tentu saja always Computing (gawai berinternet). Karakteristik “Generasi C” ini terhubungkan setiap saat, di manapun, dan dengan berbagai perangkat internet.

Huawei memandang “Generasi C” ini sebagai pasar raksasa mondial yang bisa dengan mudah dipenetrasi oleh berbagai credo gaya hidup dan kenyamanan seperti hiburan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, transportasi, perdagangan, dan tentu saja masifnya penggunaan media sosial, microblog, toko online, dan situs-situs pertemanan lainnya.

Identifikasi terhadap kebutuhan “Generasi C” ini bisa dilakukan dengan mudah dengan melakukan sigi (polling) terhadap anak-anak muda dengan pertanyaan sederhana, “Apa yang biasa kamu lakukan saat menggunakan ponsel selain menelepon?”

Jawabannya bisa bermacam-macam. Bisa saja sekadar melihat jam dan tanggal, mendengarkan musik dan memanfaatkan fitur reminder untuk mengingatkan agenda penting. Atau sekadar membaca informasi dari portal berita, berkicau di Twitter atau membuat status di Facebook. Tetapi yang lebih advance jawabannya bisa untuk melacak jarak tempuh saat berlari atau bersepeda, bisa juga mengumpulkan kupon gratis untuk dijadikan e-money. Belum lagi sigi lain yang berusaha mengidentifikasi “Generasi C” terhadap aplikasi favorit mereka saat menggunakan ponsel pintar.

Para insinyur dan pembuat aplikasi kemudian mengidentifikasi jawaban-jawaban itu “Generasi C” tersebut untuk memudahkan membuat produk apapun terkait teknologi ICT secara tepat sasaran. Kunci folow the consumer needs benar-benar mereka gunakan untuk membuka semua peluang. Bagaimana Huawei memberikan kesempatan kepada 15 mahasiswa Indonesia menyerap sebagian ilmu ICT di negerinya sendiri?

Ikuti perjalanan TechTravel berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com