Hal itu juga diperkuat dengan bukti yang diungkap oleh Flightradar24, layanan online yang menunjukkan data penerbangan secara real time.
Menurut Flightradar24, data flight management computer (FMC) atau yang di dalam sistem Airbus disebut FMGS atau MCDU menunjukkan bahwa ketinggian jelajah telah diubah, atau, dengan cara lain, kopilot telah mengubah ketinggian melalui mode control panel (MCP), dari ketinggian 38.000 kaki, menjadi 13.000 kaki, kemudian 100 kaki.
Dua detik setelahnya, atau pukul 09.30.54 Zulu, sistem autopilot mencatat perubahan ketinggian menjadi 13.008 kaki. Satu detik setelahnya, pada pukul 09.30.55 Zulu, ketinggian jelajah di MCP/FMC diubah lagi menjadi sekitar 100 kaki, sementara ketinggian tanah di Pegunungan Alpen tersebut sekitar 6.000 kaki.
Dikutip KompasTekno dari BBC, Kamis (24/3/2015), perubahan input ketinggian terhadap sistem autopilot itu hanya bisa dilakukan secara manual. Artinya, seseorang yang saat itu berada di dalam kokpit secara sengaja mengubah ketinggian jelajah.
"Tindakan untuk mengubah ketinggian ini hanya bisa dilakukan secara sengaja," ujar Jaksa Robin.
Tidak ada yang bisa mencegah apa yang dilakukan kopilot Germanwings 4U9525 karena, seperti diberitakan sebelumnya, kopilot mengunci dirinya di dalam kokpit karena kapten pilot diketahui telah keluar.
"Kami mendengar suara kursi digeser ke belakang dan suara pintu (kokpit) ditutup," tutur Robin kepada para wartawan.
Kopilot menolak untuk membuka kembali pintu dan kemudian membawa pesawat menukik sebelum jatuh di Pegunungan Alpen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.