Bagaimana cara mengubah ketinggian jelajah?
Dari keterangan Jaksa Robin dan data yang diungkap Flightradar24, bisa disimpulkan bahwa kopilot yang berada di dalam kokpit menjatuhkan pesawat secara sengaja dengan sistem autopilot, alih-alih dengan kendali manual mendorong kemudi ke depan untuk membuat hidung pesawat turun.
Kopilot yang berkewarganegaraan Jerman itu diduga memberikan input ketinggian jelajah yang lebih rendah dibanding lingkungan sekelilingnya.
Input tersebut bisa dilakukan dengan mengubah sistem ketinggian jelajah di FMC (atau MCDU di Airbus) atau melalui MCP, panel autopilot yang mengatur heading, kecepatan, vertical speed, serta altitude (ketinggian jelajah).
Dalam pesawat komersial populer, baik Boeing maupun Airbus, panel FMC atau MCDU berada di sebelah sisi kanan bawah kapten pilot, atau sisi kiri bawah kopilot, dan berada di dekat lutut jika sedang duduk.
Sementara itu, panel MCP hanya ada satu, di bagian depan kokpit, di deretan paling atas. Panel tersebut salah satunya memuat tombol autopilot dan pengaturan ketinggian jelajah.
Controlled flight into terrain (CFIT)
Jika semua dugaan di atas adalah benar, maka kecelakaan Germanwings penerbangan 4U9525 ini bisa dimasukkan ke dalam kategori controlled flight into terrain (CFIT).
Di Indonesia, contoh kasus CFIT bisa dilihat dari kejadian pesawat Sukhoi yang menabrak Gunung Salak di Bogor, atau Garuda Indonesia yang menabrak Gunung Sibayak di Medan.
Bedanya, kasus di atas terjadi bukan atas kehendak pilot atau kopilot yang mengawaki pesawat, sementara Germanwings 4U9525 dilakukan secara sengaja.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.