Dipadukan dengan data terbuka di Data.go.id yang menampilkan lokasi Puskesmas atau Rumah Sakit Umum terdekat, aplikasi tersebut cukup bermanfaat.
Apalagi, aplikasi itu juga menampilkan informasi seputar jenis vaksin yang ada berdasarkan panduan Dokter Anak.
Tapi, pelajaran besar dari kegiatan itu adalah betapa pentingnya data. Pada akhirnya, nama bidangnya adalah teknologi informasi.
Artinya, informasi alias data itulah yang menjadi kunci utama.
Tak ada gunanya aplikasi dengan tampilan super bagus kalau datanya tidak akurat. Ada istilah yang populer bernama Garbage In, Garbage Out. Artinya, jika datanya sampah, maka hasilnya juga sampah.
Ngomong-ngomong, masalah sampah juga merupakan masalah besar di Jakarta dan sekitarnya lho. Kenapa sepertinya belum ada aplikasi tentang itu?
Bukan Aplikasinya, Tapi Datanya
Dari ketiga aplikasi yang terpilih sebagai juara di Hack for Impact, ada benang merah soal data yang patut ditarik.
Misalnya, salah satu aplikasi pemenang adalah Appaja yang memungkinkan pengguna menyumbang data tentang kepadatan halte Transjakarta alias busway.
Fitur tersebut memang hanya satu dari banyak fitur aplikasi itu, namun bayangkan jika data kepadatan itu akurat. Calon pengguna bisa memanfaatkan informasi itu untuk mengambil keputusan yang tepat.
Aplikasi Vaccine Time, pengingat imunisasi tadi, juga berpotensi melahirkan data yang menarik. Misalnya, soal kebiasaan orangtua dalam vaksinasi atau bahkan kebutuhan serum / vaksin di suatu wilayah.
Aplikasi ketiga, yang juga soal transportasi, bernama Bus In Time (BIT), menawarkan solusi yang cukup sulit (dari sisi biaya) tapi menarik (dari sisi data). Tim BIT mengajukan dipasangnya bluetooth token pada setiap angkutan umum di Jakarta.
Dengan demikian, setiap pengguna kendaraan yang menggunakan aplikasi akan terdeteksi. Dari situ akan tampak beberapa hal, misalnya: posisi tepat sebuah kendaraan umum, kemacetan dan kepadatan penumpang dalam kendaraan.
Memang, semua hal itu masih ada "dengan syarat"-nya. Maksudnya, seperti sudah dikatakan tadi, bahwa data yang dikumpulkan harus akurat dulu sebelum bisa dimanfaatkan dengan benar.
Tapi, jika pilihan lainnya adalah tetap dalam kondisi sekarang, yang "buta sama sekali", bukankah data apa saja akan sangat bermanfaat?
Tulisan ini merupakan bagian dari seri kolom bertajuk Kolase. Seperti namanya, Kolase menyiratkan sesuatu yang disambung-sambungkan jadi satu dari beberapa hal yang mungkin tidak selalu terkait langsung.
Kolase direncanakan sebagai kolom mingguan di KompasTekno, apabila terjadi perubahan rencana, mohon dimaafkan sebelumnya.
Tulisan ini menampilkan opini pribadi dari Editor KompasTekno, Wicak Hidayat. Opininya tidak menggambarkan opini perusahaan. Penulis bisa dihubungi lewat blog wicakhidayat.wordpress.com atau twitter @wicakhidayat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.