Kecemasan yang sama mungkin terwujud dalam keinginan untuk selalu memiliki gadget yang terisi penuh baterainya. Maka kita saksikan bagaimana power bank begitu populer dan nyaris semua penduduk Jakarta memilikinya.
Padahal ketakutan semacam itu memang sesuatu yang seringkali tidak rasional. Ya, ada skenario tertentu ketika keterhubungan dengan jaringan internet adalah sesuatu yang vital dan sangat penting, mungkin terkait pekerjaan atau hal lain. Tapi pada umumnya, keterhubungan secara terus-menerus tidaklah terkait langsung dengan keberlangsungan hidup kita. Nggak online nggak mati kok, percaya deh!
Teknologi ketakutan
Teknologi selain bisa menimbulkan efek samping kecemasan dan ketakutan semacam itu, ternyata juga bisa menjadi penghantar rasa cemas dan takut yang cukup efektif. Hal ini terjadi karena begitu mudahnya suatu pesan tersebar melalui teknologi.
Saat kasus pembegalan terjadi di beberapa wilayah, misalnya, pesan berantai soal hal ini -- tak peduli benar atau tidaknya -- menyebar bagaikan listrik di superkonduktor. Pesan-pesan yang membantu menyebarkan rasa takut akan sesuatu yang, meskipun memang ada kejadian nyatanya, belum tentu jadi ancaman langsung.
Demikian juga teknologi yang sama dimanfaatkan untuk menyebarkan rasa takut pada "yang lain". Maka fitnah dan ucapan keji atas golongan lain, yang dianggap berbeda dengan golongan sendiri, mudah sekali menyebar lewat sarana seperti WhatsApp, BlackBerry Messenger, Line dan lainnya.
Hal itu sulit untuk dicegah dan tak bisa dilarang. Manusia agaknya akan selalu memanfaatkan sarana apapun yang ia miliki untuk menyebarkan informasi, terutama yang dianggap bisa mengancam keberlangsungan hidupnya.
Padahal teknologi informasi bisa digunakan untuk menenangkan diri dan menyudahi rasa cemas yang berlebihan. Sedikit pencarian, via Google atau situs lainnya, bisa dilakukan untuk mencari klarifikasi atas kabar yang beredar.
Sedikit pencarian juga bisa dilakukan untuk mengetahui tentang pihak lain yang selama ini disebut-sebut sebagai "monster", "setan" atau hal-hal buruk lainnya. Luangkan waktu untuk mempelajari manusia lain dan kita niscaya akan sadar bahwa mereka adalah manusia juga, yang tak pantas "dibunuh" hanya karena berbeda.
Sensor atau tidak sensor?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.