JAKARTA, KOMPAS.com - Membuat startup, layaknya menjalani sebuah keyakinan religius. Setidaknya, begitu pendapat CEO Touchten Anton Soeharyo berdasarkan pengalamannya membesarkan perusahaan rintisan digital yang bergerak di pembuatan game itu.
Anton mengibaratkan usaha mendirikan dan mengelola startup sebagai suatu tindakan religius. Pasalnya, tujuan yang dicapai oleh usaha rintisan digital dan ibadah keagamaan sama-sama tidak berujud materi dan ada di masa yang akan datang.
Bagi startup, itu adalah kesuksesan yang bisa jadi berupa investasi, perusahaan yang membesar atau hal lain yang belum tentu ujudnya.
"Karena itu bikin startup itu butuh keberanian. Ini ya seperti leap of faith, kalau menurut saya seperti religi. Bagaimana kita mengajak orang untuk jalan bareng ke masa depan yang belum keliatan wujudnya," ujar Anton kepada KompasTekno saat ditemui di sela-sela konferensi startup Echelon Indonesia, Selasa (14/4/2015).
Keberanian untuk memulai, lanjut pria berkacamata itu, adalah satu hal penting lain bagi usaha mendirikan startup. Masalahnya, ketika memiliki ide, orang kerap berpikir banyak hal yang sebenarnya justru menghambat.
"Ketika ada ide ya langsung dijalani saja. Jangan khawatirkan soal macam-macam. Misalnya ketika mau membuat aplikasi atau situs berita, langsung saja buat. Kalau membuat situs atau game, jangan dulu terlalu memikirkan soal PT dan lainnya, meskipun ketika jadi nanti tetap mesti ada legal yang dipenuhi. Tapi mulailah dulu," terangnya.
"Soal sumber daya manusia pun, pertama-tama carilah rekan atau co-founder yang mau tidak digaji dulu. Dia baru bisa mendapat gaji nanti saat usaha yang dibuat sama-sama itu untung," imbuh Anton.
Jangan cari uang
Mendirikan startup sendiri, kadang terlihat sebagai tindakan yang bisa mendatangkan banyak uang dengan mudah. Bahkan, tak jarang orang yang menganggap dirinya bisa menjadi petinggi dengan berbagai kemudahan ketika memiliki usaha rintisan.
Anton pun mewanti-wanti agar anak muda yang ingin mendirikan startup menepis angan-angan seperti itu. "Jangan bikin startup cuma karena mencari uang," tegasnya.
"Jangan pula karena persepsi bahwa jadi bos itu enak. Sebenarnya, ketika jadi bos, Anda mesti memikirkan gaji orang lain, bagaimana cara mendapatkan uang untuk menggaji pegawai," imbuh pria berkamacata ini.
Idealnya, sebuah startup didirikan sebagai jawaban sebuah masalah. Jangan sampai anak muda mau mendirikan startup tapi tidak tahu apa yang sebenarnya akan diperbuat.
"Harus ada satu problem yang mau di-solve, itu mesti problem besar. Misalnya masalah Jakarta macet, cari solusinya. Setelah menemukan solusi untuk masalah sebesar itu, soal mencari uang ya itu akan datang dengan sendirinya," tutup Anton.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.