KOMPAS.com – Kehidupan di era teknologi yang begitu cepat memberikan dampak positif bagi wanita. Selain memudahkan kehidupannya, bagi sebagian perempuan teknologi dijadikan sebagai alat memperjuangkan agar memperoleh kesetaraan dengan laki-laki.
Namun, stereotip yang muncul dari budaya lalu belum dapat dihilangkan. Peran perempuan dalam dunia teknologi masih diragukan. Apalagi, dunia teknologi informasi kadung didominasi oleh laki-laki.
Hal ini kerap menjadi batasan bagi perempuan untuk ikut andil dalam bidang ini. Padahal, perempuan juga memiliki kewajiban untuk "melek teknologi". Hal itu tentu berguna untuk memudahkan kehidupan dan aktivitas mereka.
Dengan teknologi, perempuan dapat menyampaikan gagasan dan ide lebih cepat. Sebaliknya, perempuan yang “gagap teknologi” akan dirugikan. Untuk itu, stereotip mengenai batasan perempuan di bidang teknologi harus diluruskan.
Kini, meski angkanya masih didominasi laki-laki, beberapa perempuan sudah memiliki andil di bidang ini. Hal ini mengundang paham bahwa dunia perempuan tidak hanya di rumah saja tetapi berkembang lebih luas.
Perempuan dan Teknologi
Tak banyak yang tahu, tapi beberapa perempuan sudah memperjuangkan haknya untuk ikut setara di dunia teknologi. Dilansir dari CNN dalam ’Technology is feminism's friend and foe’, setidaknya ada 10 perempuan yang bergiat di bidang teknologi dan sukses menjadi pemimpin.
Berikut diantaranya, Sheryl Sandberg (COO Facebook), Marissa Mayer (Yahoo Chief Executive), Ursula Burns (CEO Xerox), Cher Wang (Co-Founder and Chairperson HTC), Virginia Rometty (CEO dan President IBM), Whitman (Presiden dan CEO Hewlett Packard), Safra Catz (President Oracle), Susan Wojcicki (Chief Executive Youtube).
Hal ini membuktikan, bahwa dunia teknologi sudah berhasil dijamah oleh perempuan. Terlebih, saat ini baik Indonesia maupun dunia internasional mulai mengapresiasikan kiprah mereka. Dibuktikan dengan adanya penghargaan bagi perempuan yang bergiat di bidang ini.
Di Indonesia, penghargaan semacam itu telah dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam tajuk “Kartini Next Generation”. Salah satu jenis penghargaannya ialah ‘Inspiring Woman in ICT’. Menapaki 2013 lalu, Aulia Halimatussadiah berhasil mendapatkan penghargaan ini.
Tak banyak yang mengenalnya, tetapi perempuan yang akrab dipanggil Ollie Salsabeela ini sudah bergiat di bidang Teknologi Informasi sejak di bangku kuliah. Ollie pun pernah menjadi web developer di perusahaan telekomunikasi informatika (TI) ternama.
Bahkan, dua tahun kemudian ia memutuskan untuk mendirikan bisnis di bidang technopreneurship yaitu kutukutubuku.com dan nulisbuku.com. Dua situs tersebut merupakan sebuah online self-publishing print pertama di Indonesia yang telah merangsang 100.000 penulis baru dari berbagai daerah.
Teknologi dan wirausaha
Ollie mendapatkan benang merah anatara dunia teknologi dengan kemampuannya berwirausaha. Lewat nulisbuku.com, ia ingin membantu mewujudkan impian orang-orang Indonesia yang ingin menerbitkan buku. Tentu saja, masih dengan bantuan perkembangan teknologi. Maka tak heran, ia juga pernah menerima penghargaan dari majalah InfoKomputer sebagai ‘One of top 10 Women in Indonesia IT World 2011’.
Keinginannya untuk berkontribusi lebih pada dunia technopreneurship membawa ia pada sebuah sekolah di Bekasi, SMK Itaco. Sekolah dengan jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) itu menggantungkan pembiayaan dari orang tua asuh, donatur, dan aktivitas wirausaha yang dilakukan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.