KOMPAS.com - Platform layanan pesan Telegram dilaporkan menjadi korban serangan cyber Distributed Denial of Service (DDoS). Besarnya, menurut informasi yang dirangkum Kompas Tekno dari The Register, Rabu (15/7/2015), mencapai 200 Gbps.
"Serangan tersebut dilakukan secara merata oleh ribuan host… Saat ini kami sudah mengetahui bahwa serangan dikoordinasikan dari Asia Timur," tulis Telegram dalam sebuah pernyataan.
"Serangan dalam skala seperti yang kami hadapi baru bisa dilancarkan belakangan saja. Kami baru pertama kali menemui yang semacam ini."
Serangan DDoS yang menimpa pesaing WhatsApp ini memang merupakan teknik baru yang baru ditemukan pada Oktober lalu oleh ahli keamanan Radware. Bedanya dari serangan reguler, ukuran paket yang dikirim dua kali lebih besar, yakni 100 byte.
Gara-gara serangan yang mulai dilancarkan sejak akhir minggu lalu ini, sekitar 5 persen dari 60 juta pengguna Telegram tak bisa mengakses tayanan tersebut. Wilayah yang terdampak meliputi Asia, Australia, dan Oceania.
Serangan DDoS besar muncul setelah sebelumnya Telegram sempat mendapat serangan lain yang lebih kecil, usai memperkenalkan custom sticker gratis lewat layanannya.
Telegram menolak menjabarkan langkah-langkah keamanan yang dilakukan karena khawatir informasi tersebut bisa dimanfaatkan oleh para penyerang untuk membuka celah.
"Sysadmin cyborg kami menangani persoalan ini 24 jam dalam sehari," tulis Telegram.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.