Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mahasiswa Harvard yang Bikin Facebook Marah

Kompas.com - 15/08/2015, 14:31 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

Sumber Mashable

KOMPAS.com — Setelah insiden Tinder murka akibat dikritik jurnalis, Facebook pun gusar akibat kelemahan sistemnya dibeberkan seorang mahasiswa Universitas Harvard.

Cerita berawal tiga bulan lalu saat mahasiswa bernama Aran Khanna membuat aplikasi bertajuk "Marauders Map", yakni peta yang bisa menunjukkan lokasi teman saat mengobrol lewat Facebook Messenger.

Khanna memanfaatkan ekstensi Chrome ke laman Messenger untuk mengumpulkan data lokasi yang dibagi pengguna. Kemudian, data-data itu dialokasikan menjadi Marauders Map. 

Jika mengunduh Marauders Map, pengguna akan merasakan pengalaman yang berbeda saat mengobrol lewat Messenger. Peta lokasi teman akan serta-merta muncul tiap kali pengguna berkomunikasi.

Tak hanya itu, Marauders Map juga memungkinkan pengguna mengetahui jadwal kegiatan sehari-hari teman Messenger asalkan teman tersebut sering diajak chatting. Menurut Khanna, hal ini dimungkinkan karena adanya celah keamanan privasi pada layanan Facebook.

Mashable Marauder Map

Marauders Map jadi viral

Pada 26 Mei 2015, Khanna mengumumkan aplikasi ciptaannya lewat artikel di Medium. Tak hanya itu, Khanna juga membeberkan kelemahan Facebook yang ia temukan.

"Facebook Messenger secara otomatis mengirim lokasi pengguna ke semua pesan. Ini juga memungkinkan seseorang mengetahui pola kegiatan pengguna Messenger," begitu ditulis Khanna di Medium.

Setelah mengunggah artikel tersebut, Marauders Map jadi viral. Dalam sekejap, file ekstensi peta pengintai itu diunduh 85.000 pengguna Messenger, kata Khanna. Facebook pun mengendus popularitas Marauders Map.

Perwakilan Facebook segera menghubungi Khanna dan meminta Marauders Map segera ditutup. "Atas permintaan Facebook, saya menutup versi ekstensi Marauders Map. Facebook juga menonaktifkan pembagian lokasi dari lamannya," Khanna menambahkan tulisannya di Medium setelah dihubungi Facebook.

Seminggu setelahnya, 5 Juni 2015, Facebook meluncurkan pembaruan untuk Messenger. Sama seperti Marauder Map, pembaruan tersebut memberi pilihan bagi pengguna untuk saling membagi peta lokasi ke teman.

Dicurigai mencuri ide mahasiswa Harvard, juru bicara Facebook Matt Steinfeld segera memberi klarifikasi. "Kami mulai mengembangkan fitur pembagian lokasi sebelum Marauders Map. Ini berdasarkan masukan dari para pengguna Messenger," katanya pada Boston.com.

Awal pekan ini, Khanna kembali membeberkan celah privasi Facebook melalui sebuah studi kasus yang diunggah ke "Harvard Journal of Technology Science".

Facebook tak jadi terima Khanna untuk magang

Atas perbuatannya, Khanna yang seharusnya menghabiskan masa liburan semester untuk magang di Facebook akhirnya harus menerima penolakan. Kepala HRD Facebook menghubungi Khanna dan mengatakan bahwa tulisannya di Medium tak sesuai dengan standar etika yang diharapkan dari seorang anak magang.

Steinfeld membenarkan pemutusan kontrak magang sepihak dari Facebook. "Peta buatan Khanna menyalahi aturan kami karena mencuri data pengguna Facebook. Berkali-kali kami menyuruhnya menghapus kode file, dia malah menggembar-gemborkan file tersebut. Ini salah dan tak sesuai visi kami," ia menuturkan.

Menanggapi pemutusan hubungan magangnya, Khanna tak gentar. Ia berkilah sengaja membuat Marauders Map untuk menunjukkan celah pada sistem Facebook. Harapannya, jejaring sosial tersebut segera memperbaiki kelemahan-kelemahan yang merugikan pengguna.

"Saya tidak menargetkan Marauders Map untuk jadi sesuatu yang besar," katanya.

Khanna akhirnya magang di sebuah startup di Silicon Valley. Ia mengatakan bahwa kasusnya dengan Facebook merupakan "pengalaman magang" yang sebenarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Mashable
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com