Biaya yang harus dikeluarkan pun lebih sesuai dengan pemakaian kapasitas. Mekanisme komputasi ini disebut "Elastic Compute Cloud".
Saat pengguna menggunakan kapasitas 1 MB misalnya, maka harga yang dibayar mengacu pada harga untuk ukuran itu. Pada malam hari, ketika situs atau layanan perusahaan tak digunakan para netizen, artinya arus data tak banyak atau bahkan tak ada. Maka tak ada pula biaya yang harus dikeluarkan.
"Dengan pembayaran yang sesuai kapasitas pemakaian, perusahaan dan pengembang bisa berhemat hingga jutaan dollar jika dibandingkan dengan menggunakan server konvensional," kata Lepisto.
AWS diklaim anti tumbang
Jika terjadi kerusakan server, layanan cloud sudah memiliki sistem yang disebut "self-healing". Maksudnya, server bisa memperbaiki kerusakan secara otomatis. Dalam waktu perbaikan tersebut, situs atau layanan maya perusahaan akan dialihkan ke server lain untuk sementara.
Pada sistem cloud AWS misalnya. Anggaplah sebuah perusahaan memilih dua server di Singapura sebagai penyokong utama dan dua server di Tokyo sebagai penyokong cadangan.
Saat server di Singapura down, situs perusahaan akan langsung beralih ke server di Tokyo. Pada saat bersamaan server di Singapura akan memperbaiki dirinya sendiri dan mendatangkan "bala bantuan" dari server lain yang sama-sama berbasis Singapura.
Hanya dalam hitungan detik, situs perusahaan akan kembali menggunakan server utamanya. Semua sistem otomatis ini diatur melalui konfigurasi cloud yang canggih. Maka, saat ada server yang rusak atau overload, pengunjung situs tak akan "ngeh".
"Dulu, saya pernah merayakan ulang tahun. Baru selesai memotong kue, saya ditelepon perusahaan untuk segera berangkat ke Meksiko karena server di sana rusak. Saat itu juga saya bergegas ke bandara. Sekarang hal semacam itu tak akan saya alami," Lepisto mengenang keruwetan zaman dulu sebelum cloud platform menjadi tren seperti sekarang.
AWS sebenarnya tak melulu terkait penyimpanan data maya. Perusahaan ini memiliki lebih dari 50 layanan lain. Di antaranya komputasi, penyampaian konten, database, analitik, aplikasi, manajemen dan jaringan.
Layanan-layanan tersebut dapat menjadi solusi baru untuk menjalankan startup digital, media online, situs web, game dan bidang enterprise lainnya.
Di Indonesia, beberapa media dan startup sudah memanfaatkan cloud AWS. Di antaranya Kompas.com, SCTV, Tribun News, Viva.co.id, Liputan 6, Archipelago, Urban Indo, Prodgy, Traveloka, Berrybenka, Tiket.com, Blibli.com, Rumah123.com, Bilna.com, Grivy.com dan Global Digital Prima.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.