Chief Executive Officer XL Dian Siswarini mengatakan perusahaan sudah melakukan transformasi bisnis dan tidak lagi fokus pada soal jumlah kartu prabayar yang beredar di pasar. Pasalnya, meski jumlah kartu tersebut banyak, belum tentu mereka adalah pelanggan yang aktif dan menghasilkan keuntungan.
Strategi beralih pada upaya untuk mendapatkan pelanggan berkualitas, sehingga meski jumlahnya sedikit, average revenue per user (ARPU) justru meningkat.
"Impact (penertiban kartu prabayar) terhadap bisnis kami tidak akan negatif, karena sejak awal tahun kami sudah transformasi bisnis model," terangnya saat ditemui KompasTekno, Jumat (16/10/2015).
"Kami tidak lagi bertumpu pada jumlah penjualan SIM card yang banyak. Metriks kematangan perusahaan tidak lagi soal jumlah pengguna, namun dari revenue," imbuhnya.
Mengenai penertiban kartu prabayar, XL mengaku sudah menyiapkan sistem TI sekaligus software yang dibutuhkan. Selain itu mereka juga mengaku sudah memberi pelatihan kepada retail outlet rekanannya untuk memperhatikan konsekuensi penertiban bagi retail dan operator.
Dian menambahkan, setiap retail outlet akan diberikan Retail Outlet Identity (ROID) yang mesti dimasukkan bersama data pelanggan prabayar baru.
Cara demikian membuat proses pelacakkan menjadi lebih mudah. Seandainya registrasi tidak baik atau terjadi penyalahgunaan nomor, akan diketahui di daerah mana dia mendaftar, siapa yang menjual nomor, tempat tinggal dan nama pemilik nomor.
XL saat ini memiliki total 250.000 retail outlet dan diantaranya ada sekitar 200.000 yang sudah diberikan ROID.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.