Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Facebook dan Twitter Bikin Wartawan Jadi "Hantu"

Kompas.com - 20/10/2015, 09:44 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

Sumber TechCrunch

Selain Moments, adapula Instant Articles. Fitur di Facebook ini juga baru bisa dijajal melalui perangkat iOS.

Sejauh ini, Instant Articles telah menggandeng beberapa media besar. Antara lain The New York Times, National Geographic, BuzzFeed, NBC News, The Guardian, BBC News, Spiegel Online dan Bild.

Kerjasama itu memungkinkan Instant Articles menghimpun berita dari media-media tersebut untuk kemudian dipublikasikan ke platform-nya.

Jadi, Instant Articles bertindak sebagai agregator berita dari media-media yang diajak bermitra. Pengguna bisa membaca berita lengkap dari situs-situs berita itu, tanpa harus beranjak dari satu situs ke situs lain.

Terlebih lagi, Facebook menyediakan tampilan yang simpel tanpa ada embel-embel iklan di samping-samping artikel, layaknya di situs-situs berita.

"Facebook mencoba fokus ke pengalaman konsumen menjajal berita," kata Kepala Iklan Facebook Andrew Bosworth.

Dengan ini, Facebook menjadikan dirinya sebagai wadah penghimpun segala berita yang dicari pengguna. Memang, di bawah artikel yang tertera pada Instant Articles, Facebook mematrikan tautan ke sumber aslinya. Namun, untuk apa pengguna membaca artikel yang dua kali?

Dari satu perspektif, memang Moments dan Instant Articles membawa hawa segar bagi pengguna.

Kedua fitur itu menyembunyikan iklan, promo dan menyajikan berita lengkap pada satu wadah. Netizen tak perlu riwet dengan berbagai tautan dan berbagai kunjungan ke situs-situs berbeda.

Pun begitu, menurut Constine, Facebook dan Twitter perlu mengkaji ulang fitur agregator beritanya agar lebih manusiawi bagi para organisasi media. Sebab, bagaimanapun kedua platform tetap mengandalkan konten yang diproduksi situs media.

Yang terjadi saat ini, kedua platform mendulang trafik yang padat dan bisa mempopulerkan brand apapun. Para situs media mau tak mau harus bekerjasama dengan kedua platform untuk mendapat atensi masyarakat, walau tak signifikan.

Jika tidak, kompetitor mereka akan bermitra dengan kedua platform itu. Situs-situs media yang bersikukuh menolak kerjasama dengan Facebook dan Twitter inilah yang bakal lebih cepat kehilangan eksistensi.

Jika tak ada kebijakan lain untuk mempertahankan eksistensi situs media, maka ke depan para produsen berita hanya akan jadi ghost writer "penulis hantu" bagi Facebook dan Twitter. Mereka menulis dan memproduksi berita, tapi tak terakui kehadirannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber TechCrunch
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com