Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2015, 13:27 WIB
KOMPAS.com - Sebagian besar berpendapat bahwa pemerintah berperilaku tidak adil terhadap kehadiran OpenBTS yang sebenarnya mampu dilakukan oleh masyarakat lokal.

OpenBTS yang diajukan atas inisiatif lokal cenderung tidak mendapat dukungan pemerintah. Sebaliknya, Project Loon dari korporasi global raksasa Google mendapat sambutan istimewa dan bisa menggunakan frekuensi 900 MHz.

Pengamat telekomunikasi seluler M Ridwan Effendi yang dihubungi Kompas menyampaikan, hingga kini belum ada regulasi khusus yang mengatur operasional pemancar terbuka (open base transceiver station) di Indonesia. Apalagi proyek uji coba Google Loon dan operator telekomunikasi seluler menurut rencana dilakukan pada 2016.

OpenBTS merupakan ukuran mini (downsizing) dari BTS reguler. Perangkat keras yang digunakan berupa universal software radio peripheral (USRP) untuk memancarkan sinyal jaringan standar seluler (GSM).

Selain itu, ada perangkat lunak Asterisk untuk menghubungkan atau interkoneksi dengan jaringan telepon lainnya, seperti public switched telephone network (PSTN) dan layanan telepon berbasis internet (voice over IP).

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi adalah perusahaan berbadan hukum yang berdiri di Indonesia, antara lain BUMN dan BUMS. Penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi wajib menyediakan kegiatan pelayanan sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi, seperti interkoneksi.

Peraturan teknis mengenai bisnis perusahaan telekomunikasi seluler itu tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2003 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

"Cara kerja OpenBTS ataupun proyek uji coba Google Loon selayaknya BTS atau menara pemancar pada umumnya. Agar bisa menyelenggarakan kegiatan interkoneksi, maka perangkat OpenBTS dan Google Loon tetap harus terhubung dengan infrastruktur jaringan milik operator. Model teknis kerja seperti itu tidak terangkum dalam ketiga ketentuan legal di Indonesia," ungkap Ridwan.

Menurut Director Yayasan Air Putih Agung Riyadi, kegiatan penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi di daerah terpencil, terluar, dan perbatasan sebenarnya dapat dilakukan oleh penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi khusus.

"Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000, kami menilai, penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi khusus seperti komunitas dan masyarakat. Akan tetapi, jika akan dikomersialkan, OpenBTS dan sejenisnya, seperti Google Loon tetap harus bekerja sama dengan operator. Hingga sekarang regulasi spesifik yang mengatur itulah harus didorong," paparnya.

Keberadaan open BTS, ungkap Agung, memang seolah mampu menjawab kebergantungan penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi terhadap vendor raksasa. Anggapan yang sering muncul adalah pengembangan OpenBTS itu murah dan bisa dilakukan komunitas.

Padahal, banyak hal yang perlu disiapkan, antara lain regulasi, investasi, kesiapan pengelolaan sumber daya manusia, infrastruktur, standardisasi, dan sertifikasi alat. Belum lagi soal kesiapan perangkat komunikasi yang dipunyai masyarakat.

"Komponen dasar sistem OpenBTS memang sederhana sehingga dapat digunakan di daerah-daerah terpencil dan minim listrik. Meski begitu, perlu ada komponen yang berstandar teknologi jika ingin dikomersialkan," kata Agung.

Menanggapi seruan dari praktisi internet tersebut, komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), I Ketut Prihadi, mengungkapkan, pihaknya masih menunggu permohonan izin uji coba proyek Google Loon dari tiga operator, yakni PT XL Axiata Tbk, PT Telekomunikasi Selular, dan PT Indosat Tbk.

"Google sendiri sebenarnya telah mempresentasikan proyek Google Loon kepada kami dan Kementerian Komunikasi dan Informatika sebelum proses tanda tangan uji coba dilakukan. Sikap BRTI jelas. Teknis kerja Google Loon menggunakan frekuensi milik operator, jadi para perusahaan telekomunikasi itulah yang harus mengurus izin uji coba," ujar Ketut kepada Kompas, Senin (2/11), di Jakarta.

Dari segi peruntukannya, dia mengatakan, Google Loon akan melakukan uji coba melayani layanan jasa telekomunikasi, seperti internet, di daerah-daerah terpencil di mana belum tersambung BTS.

"Baik OpenBTS milik lokal maupun Google Loon, saya rasa, mereka harus memiliki konsep bisnis yang jelas jika ingin dikomersialkan. Mereka harus menyusun model bisnis bersama operator telekomunikasi seluler dan jaringan. Jika dulu OpenBTS milik lokal gagal dikembangbiakkan, saya pikir itu disebabkan mereka belum menyepakati model bisnis bersama operator," tutur Ketut.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang ditemui Kompas, seusai pengumuman pabrikasi Lenovo di Indonesia, Rabu (4/11) malam, menegaskan, pemerintah terbuka kepada semua perkembangan teknologi pemancar, baik yang dikembangkan lokal maupun perusahaan global. Tidak ada perlakuan tidak adil seperti yang dituduhkan sejumlah praktisi internet.

Dia menjelaskan, pemerintah tidak akan menerbitkan regulasi terkait hal itu. "Silakan saja Ericsson, Google, dan Facebook mengembangkan teknologi pemancar. Begitu pula dengan komunitas lokal. Kami tidak memberikan izin mereka sebagai penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi. Mereka harus bekerja sama dengan operator telekomunikasi seluler dan jaringan," tegas Rudiantara.

Oleh karena itu, senada dengan BRTI, para penyedia teknologi BTS wajib menjalin bisnis dengan operator jika ingin terjun ke komersial. (Mediana/Kompas)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Teknisi Oppo Bongkar Reno 10 dan Pasang Lagi dalam 30-an Menit

Teknisi Oppo Bongkar Reno 10 dan Pasang Lagi dalam 30-an Menit

Gadget
Nama 'Taylor Swift' Paling Banyak Di-googling gara-gara Game Teka-Teki Ini

Nama "Taylor Swift" Paling Banyak Di-googling gara-gara Game Teka-Teki Ini

Internet
Oppo Pad 2: Spesifikasi dan Harga di Indonesia

Oppo Pad 2: Spesifikasi dan Harga di Indonesia

Gadget
8 Keunggulan iOS 17 Dibanding iOS 16, Salah Satunya Lebih Menarik dalam Berbagi

8 Keunggulan iOS 17 Dibanding iOS 16, Salah Satunya Lebih Menarik dalam Berbagi

Software
6 Cara Mengatasi Notifikasi WhatsApp Delay di iPhone dan Android

6 Cara Mengatasi Notifikasi WhatsApp Delay di iPhone dan Android

Software
Skor Benchmark Chip Apple A17 Pro di iPhone 15 Pro Max Kalah dari HP Android Ini

Skor Benchmark Chip Apple A17 Pro di iPhone 15 Pro Max Kalah dari HP Android Ini

Gadget
Cara Main Game Teka-teki Taylor Swift di Google buat Tebak Lagu Album 1989 Taylor's Version

Cara Main Game Teka-teki Taylor Swift di Google buat Tebak Lagu Album 1989 Taylor's Version

Internet
Cara Mengaktifkan Mode StandBy di iOS 17, Mirip Always on Display di Android

Cara Mengaktifkan Mode StandBy di iOS 17, Mirip Always on Display di Android

Software
Pemilik Oppo Reno 10 Series Dapat Perlakuan Istimewa saat Servis Resmi

Pemilik Oppo Reno 10 Series Dapat Perlakuan Istimewa saat Servis Resmi

e-Business
2 Cara Beli Tiket Kereta Bandara via Aplikasi KAI Access dan Website

2 Cara Beli Tiket Kereta Bandara via Aplikasi KAI Access dan Website

e-Business
PUBG Mobile Bagi-bagi 9 Skin Permanen Gratis

PUBG Mobile Bagi-bagi 9 Skin Permanen Gratis

Game
Video Musik 'Get Him Back' Olivia Rodrigo Direkam dengan iPhone 15 Pro

Video Musik "Get Him Back" Olivia Rodrigo Direkam dengan iPhone 15 Pro

Gadget
Syarat Spesifikasi PC untuk Game Assassin's Creed Mirage, Seberat Apa?

Syarat Spesifikasi PC untuk Game Assassin's Creed Mirage, Seberat Apa?

Game
Fitur Baru 'Flows' di WhatsApp Business, Bisa Beli Tiket Kereta dan Pesan Makan Langsung dari WA

Fitur Baru "Flows" di WhatsApp Business, Bisa Beli Tiket Kereta dan Pesan Makan Langsung dari WA

e-Business
Gen Z Amerika Pilih Jadi 'Influencer' dan Rela Resign dari Pekerjaan

Gen Z Amerika Pilih Jadi "Influencer" dan Rela Resign dari Pekerjaan

Internet
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com