Sementara itu, Hongkong, Singapura, dan Hongkong, menurut riset ini masuk kategori “messaging driven”, dengan peringkat pertama dan kedua adalah untuk aktivitas bertukar pesan dan media sosial. Adapun Jepang dan Korea masuk kategori “news/search driven”.
Meski begitu, Indonesia masih punya catatan “lumayan” untuk urusan belanja aplikasi berbayar. Dari delapan negara yang disurvei, Indonesia hanya kalah dari India soal kesukaan membeli aplikasi berbayar. Walaupun, Indonesia juga menjadi negara paling banyak mengunduh aplikasi gratisan.
Fakta lain dari survei itu, situs yang paling laris dibuka di Indonesia adalah aplikasi belanja online, hiburan, dan travel. Data ini persis sama dengan hasil survei di India. Aplikasi keuangan hanya laris dibuka di Taiwan dan Korea, sementara situs restoran laku di Hongkong dan Taiwan. Khusus Singapura, hanya situs travel yang laku.
Peluang
Dari hasil riset Google bersama TNS Australia tersebut, sejumlah peluang membentang. Peluang itu datang mulai dari bisnis aplikasi hingga segmen penggunaannya. Patut digarisbawahi adalah fakta bahwa begitu banyak orang Indonesia memakai telepon genggam sebagai peranti komunikasi utama.
Terlebih lagi, penggunaan telepon genggam juga mencakup aktivitas mengambil foto, pencarian informasi, dan komunikasi. Penting bagi penyedia layanan aplikasi untuk menyediakan tuntunan yang runut bila ingin aplikasi besutannya laris di kawasan ini. Berpikir kreatif dengan menghasilkan aplikasi terintegrasi dari kebutuhan penggunaan itu, akan menjadi pintu “penglaris”.
"Hampir setiap saat (mengakses internet). Di gadget, apalagi. Buka sosmed, browsing sesuatu yang baru," ujar Odi. Namun, dia mengaku kemajuan teknologi informasi berikut peranti telekomunikasi mobile juga membukakan pintu bagi pencarian ilmu tanpa batas.
Untuk kebutuhan hobinya terkait sepeda, lanjut Odi, dia bisa pula mendapatkan sejumlah informasi berguna melalui internet. "Budget murah tapi tidak perlu juga selalu ke bengkel," tegas dia.
Kisah Odi menjadi satu di antara 60 penuturan tentang manfaat kehadiran era internet dan digital. Anda juga bisa berbagi kisah serupa, cukup berbekal rekaman singkat video yang diunggah ke YouTube lalu dikabarkan melalui Twitter dan Instagram. Jangan lupa memasang hashtag #IndonesiaDigitalNation.
Barangkali saja, kisah Anda akan menjadi inspirasi. Terlebih lagi bila dari kisah Anda ada peluang yang bisa dibidik dengan tambahan bekal dari hasil riset penggunaan ponsel cerdas yang disuguhkan Google. Berani berbagi?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.