Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Teknologi yang Wajib Dimiliki untuk Membangun "StartUp"

Kompas.com - 21/11/2015, 07:02 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com
- Perkembangan teknologi internet banyak mempengaruhi tren bisnis di tanah air. Saat ini perusahaan rintisan digital atau startup, usaha kecil menengah atau UKM, dan perusahaan besar berlomba-lomba memanfaatkan teknologi informasi untuk mengembangkan bisnis.

Hal itu tidak aneh, mengingat pengguna internet memang termasuk pasar menjanjikan. Menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter dalam negeri mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Angka ini diperkirakan akan melambung hingga 112 juta pada 2017 nanti.

Tak pelak, jika berniat menggaet pasar di dunia maya, pelaku usaha wajib mulai membenahi kebutuhan teknologi internalnya untuk menyokong kelancaran bisnis. Bagi perusahaan bermodal besar, menyediakan perangkat teknologi mungkin bukan hal sulit.

Berbeda dengan perusahaan startup yang baru berkembang, perangkat teknologi harus dipilih dengan sebaik-baiknya. Sebagai pertimbangan, seperti dikutip Huffingtonpost.com, setidaknya lima teknologi berikut ini wajib dimiliki semua startup:

Go mobile

Pada 2017 nanti jumlah belanja online lewat perangkat ponsel pintar dan tablet diperkirakan akan mencapai 114 miliar dollar AS atau setara Rp 1.552 triliun. Sudah bukan rahasia umum bahwa sebelum membeli produk atau jasa tertentu, kebanyakan calon pembeli memanfaatkan ponsel pintar untuk menggali informasi.

Namun  begitu, tak semua pebisnis startup memiliki situs internet yang bisa diakses lewat gawainya. Setidaknya, sekitar 93 persen situs milik UKM dan startup hanya bisa dibuka pada perangkat komputer.

Sebagai catatan penting, karena pasar mobile phone begitu besar, pebisnis tak perlu ragu lagi berinvestasi membuat situs yang bisa dengan nyaman ditelusuri para pelanggannya, apapun gawai yang mereka pakai. 

Kemudahan pembayaran

Pada 2013 lalu sekitar 15 persen orang di dunia melakukan pembayaran lewat ponsel pintar. Penelitian menunjukkan, orang-orang tipe ini tidak ragu menghabiskan banyak uang untuk berbelanja.

Tak heran, kini banyak pebisnis mulai merambah ke pembayaran secara mobile. Saat ini, ada 220 ribu vendor menawarkan Apple Pay sebagai alat pembayaran.

Namun, kendati demikian, tak perlu mengikuti jejak mereka. Anda bisa melakukan investasi di bidang ini secara hati-hati sesuai kebutuhan pasar.

Keamanan cyber

Shutterstock Ilustrasi

Jangan sepelekan kualitas keamanan data bisnis. Laporan perusahaan telekomunikasi asal AS, Verizon, menunjukkan setidaknya ada 63.000 kasus pelanggaran keamanan komputer pada 2013 lalu. Dari angka itu, sekitar 40 juta konsumen pengguna kartu kredit dan debit menjadi korban.

Caranya beragam, tergantung industri yang menjadi target. Sebagai contoh, dalam industri pembiayaan (finansial), 75 persen serangan melibatkan aktivitas peretasan aplikasi web dengan meluncurkan DDoS (Distributed Denial of Service) untuk mengelabui server.

Teknik lainnya adalah card skimming. Ini adalah teknik penyerangan untuk mendapatkan data dari alat pemindai kartu kredit atau debit.

Aktif di media sosial

Kini, perusahaan dituntut mampu berinteraksi dengan konsumen lewat media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest, dan lainnya. Tentu saja tak perlu berinvestasi pada semua jenis media secara bersamaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com