Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Lebih Suka Belanja Online, Macam Asisten Pribadi Saja!

Kompas.com - 26/11/2015, 18:11 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


KOMPAS.com – Beberapa tahun belakangan, peran smartphone semakin terasa. Bukan hanya terbatas sebagai alat komunikasi, kehadirannya juga melahirkan beragam aplikaasi untuk melayani kebutuhan sehari-hari.

Bak asisten pribadi, pelbagai kebutuhan dimudahkan karenanya. Tanpa harus bergerak dari kursi, kebutuhan seperti makanan, belanjaan, hingga urusan transportasi bisadipesan lewat ponsel pintar.

Namun, dari sekian banyak aplikasi, pelayanan belanja kebutuhan lah yang paling menarik perhatian. Laporan dari MasterCard, dilansir oleh kontan.co.id (17/11/2015) menunjukkan bahwa teknologi telah menyentuh setiap transaksi di sektor ritel baik bagi konsumen ataupun pebisnis ritel.

Inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal tumbuh dan berkembangnya fenomena belanja online. Meskipun masih ada pembeli yang lebih senang berbelanja secara konservatif.

"Secara global hampir 80 persen konsumen mengklaim melakukan belanja kebutuhan sehari-hari menggunakan aplikasi di smartphone," ujar Region Head Asia Pasifik MasterCard Advisors Eric Schneider.

Laporan tersebut menurut Shneider bisa dijadikan acuan oleh para pelaku bisnis ritel agra lebih cerdas memahami tren penggunaan teknologi agar dapat meningkatkan belanjaan seara online.

"Aplikasi yang digunakan konsumen itu berguna untuk memeriksa harga, meriset sebuah produk, hingga melakukan pemesanan," sambungnya.

Di China misalnya, negara seperti yang jamak dengan teknologi, 95 persen dari seluruh konsumen di sana telah memanfaatkan aplikasi smartphone untuk berbelanja. Sebesar 94 persennya menggunakan alat belanja berbasis ritel seperti notifikasi otomatis dan melakukan pembayaran lewat mobile.

Konsumen konservatif

Padacatatan yang sama, meski kemajuan teknologi membawa dampak begitu besar pada tren belanja, konsumen konservatif belum tergerus seluruhnya. Ada sebagian konsumen masih berkunjung ke toko untuk berbelanja.

Alasannya, mereka lebih senang berinteraksi sosial dengan memilih barang secara langsung. Konsumen dengan tipe seperti ini maish bisa ditemui di Jepang. Dua per tiga pembelanja asal negeri sakura itu masih menghargai saran yang mereka dapatkan dari pramuniaga dan menikmati proses interaksi sosial selama proses pembelian.

SHUTTERSTOCK Ada sebagian konsumen yang masih berkunjung ke toko untuk berbelanja.

Selanjutnya, bagaimana dengan Indonesia?

Era belanja digital pun kini semakin menghinggapi negeri ini. Beberapa situs belanja mulai ramai mengejar pasar konsumen. Kehadiran bermacam aplikasi belanja di ponsel pengguna menjadi bukti bahwa Indonesia mulai memasuki babak baru dalam berbelanja.

Jangan heran, seorang pengguna ponsel memasang beberapa aplikasi situs belanja di ponselnya. Bukan karena ingin meninggalkan cara belanja konservatif. Mereka biasanya memakai aplikasi-aplikasi itu untuk meriset harga barang lewat aplikasi-aplikasi tersebut.

Toh, penggunaan aplikasi bukan berarti pemakainya malas, tapi berkaitan dengan alasan efisiensi. Lagi pula, masih ada aplikasi belanja yang menjadikan mereka produktif. 

Bukalapak.com, misalnya. Selain menawarkan kebutuhan belanja, aplikasi ini bisa dipakai penjual untuk memasarkan produknya secara gratis.  

Mereka (penjual) yang belum memiliki situs atau aplikasi belanja sendiri dapat menggunakannya. Dengan jaminan uang kembali 100 persen, aplikasi ini menjadi wadah penjual dan pembeli untuk bertransaksi secara profesional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com