Namun maskot Asian Games berupa burung cenderawasih dengan kostum pencak silat yang diberi nama Drawa itu mendapat banyak kritikan dari masyarakat, menyangkut desain yang ala kadarnya alias asal jadi.
Banyak netizen yang mengkritisi melalui berbagai media sosial, seperti Facebook dan Twitter, setelah Drawa diperkenalkan pada Minggu (27/12/2015) lalu.
Kritikan-kritikan itu beberapa di antaranya datang dari para penggiat industri kreatif seperti komikus dan animator.
Komikus Faza Ibnu Ubaydillah Salman (populer dengan julukan Faza Meonk) berpendapat, tidak semua aspek dari maskot tersebut bisa dinilai negatif. Ia bahkan memuji pemilihan karakter yang dianggapnya sudah cukup baik ini.
"Bisa dilihat ketika di-remake oleh desainer-desainer lain, (maskot ini) jadi terlihat bagus," ujar pencipta karakter populer Si Juki ini saat dihubungi oleh KompasTekno, Kamis (31/12/2015).
Oleh karena pemilihan karakternya yang sudah tepat itu, Faza justru berpendapat maskot itu memang harus direvisi. Agar eksekusinya bisa lebih ciamik, dengan dasar karakter tetap burung cendrawasih.
Sementara animator sekaligus pendiri studio animasi Main Studio Andi Martin mengatakan, maskot Asian Games 2018 buatan Kemenpora tidak memiliki nilai jual. Padahal, nilai jual ini sangat vital terkait dengan licensing dan merchandising.
"Kalau desainnya tidak bagus, merchandise-nya siapa yang mau beli?" ujarnya saat dihubungi secara terpisah, Jumat (1/1/2016).
Masih ada waktu untuk revisi
Jika dibandingkan dengan logo Asian Games sebelum ini, Faza menilai maskot Drawa ini sebenarnya masih jauh dari kata layak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.