Menurut sumber tersebut, tunggakan utang Sharp di bank mengharuskan perusahaan elektronik kawakan tersebut bertindak ekstrem. Pasalnya, Sharp telah berkali-kali di-bailout.
Per Maret 2016 nanti, Sharp harus membayar total utang 510 miliar yen atau setara Rp 60 triliun, sebagaimana dilaporkan WSJ dan dihimpun KompasTekno, Kamis (21/1/2016).
Utang itu harus dibayarkan ke kreditor-kreditor Sharp. Dua kreditor utamanya adalah unit bank dari Mitsubishi UFH Financial Group Inc dan Mizuho Financial Group Inc.
Di tengah impitan itu, Foxconn datang menawarkan "bantuan". Selain Foxconn, penawaran juga diajukan perusahaan investasi Innovation Network Corp of Japan (INCJ).
INCJ menawari Sharp 300 miliar yen atau setara Rp 35 triliun. Belum jelas mekanisme detail terkait penawaran tersebut, apakah nantinya sisa utang Sharp bakal dibayar dalam bentuk imbalan saham ke kreditor, atau bakal ada usaha lain untuk melunasi seluruh penunggakan.
Terhalang restu Pemerintah Jepang
Soal persaingan dua kubu mengakuisisi Sharp, Pemerintah Jepang mengisyaratkan dukungannya ke INCJ. Salah satu alasannya disinyalir karena INCJ adalah perusahaan yang dibekingi pemerintah.
Selain itu, INCJ juga memiliki saham mayoritas di Japan Display Inc, yang tak lain adalah perusahaan pembuat display terkemuka di Negeri Sakura.
Menurut Pemerintah Jepang, perpaduan Sharp dan Japan Display di bawah INCJ bakal menghasilkan teknologi masa depan yang luar biasa.
"Teknologi Jepang sedang memimpin dunia, dan kami ingin membangun teknologi yang lebih kompetitif," kata Menteri Industri Jepang Motoo Hayashi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.