Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu "Net Neutrality" yang Bikin Facebook Gratisan Diblokir

Kompas.com - 11/02/2016, 20:04 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah India resmi memblokir layanan gratis Facebook "Free Basics" terhitung Februari 2016. Pasalnya, Free Basics dinilai bertentangan dengan prinsip netralitas internet atau "net neutrality".

Apa itu "net neutrality"? Sederhananya, prinsip tersebut mengacu pada keadilan dan kebebasan netizen mengakses semua layanan yang tersedia di internet dengan perlakuan sama.

Tak boleh ada intervensi kepentingan dari operator atau penyedia layanan internet, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Kamis (11/2/2016) dari situs Save Internet.

Bentuk intervensi bisa melalui dua cara. Pertama, operator atau penyedia layanan internet mengistimewakan aplikasi-aplikasi tertentu yang menumpang jaringan mereka dengan menggratiskan biaya data atau memberikan kemudahan-kemudahan lainnya.

Kedua, operator atau penyedia layanan internet memblokir dan mendiskriminasi layanan tertentu yang tak punya hubungan kemitraan dengan mereka.

Prinsip net neutrality menegaskan bahwa akses internet pada semua konten harus setara dan adil. Sederhananya, jika menuruti prinsip tersebut, tidak boleh ada situs yang menjadi "anak emas" atau "anak tiri" penyedia jaringan.

Kalau tidak menuruti prinsip tersebut, penyedia jasa internet bisa saja mencekik akses ke situs tertentu sehingga pengguna kesulitan membukanya. Namun di saat yang sama memberi ruang lebar ke situs lain yang merupakan pelanggan premium.

Debat netralitas internet

Kisruh netralitas internet ini sudah berlangsung lama. Terakhir, perdebatan masifnya terjadi pada 2014 silam.

Kala itu Ketua Federal Communications Commission (FCC) Tom Wheeler berencana memberi otoritas bagi operator di Amerika Serikat (AT&T, Comcast, Verizon) untuk menciptakan sistem "pay-to-play fast lanes".

Sistem itu memungkinkan pengguna membayar lebih untuk mendapat akses prioritas (lebih cepat) ke layanan-layanan tertentu.

Rencana kebijakan itu sontak memicu kontroversi. Netizen, aktivis, dan sebagian besar politisi bersuara menolak kebijakan yang dianggap diskriminatif pada pengguna internet tertentu dan pada layanan internet tertentu.

Alhasil, pada awal Februari 2015, Wheeler mengeluarkan paket rencana kebijakan bertajuk "Title II of the Communication Act" yang benar-benar berbeda dari rencana kebijakan sebelumnya. Isinya kurang lebih menjunjung akses internet yang adil bagi seluruh netizen.

Proposal Wheeler diterima FCC dan ditetapkan keabsahannya pada 26 Februari 2015. Hal itu menjadi kemenangan bagi para aktivis netralitas internet dan netizen.

Kenapa Free Basics Facebook melanggar netralitas internet?

Menurut pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg, Free Basics semata-mata bertujuan mengkoneksikan semua orang di dunia. Caranya dengan membuka akses internet gratis hingga ke wilayah-wilayah terpencil.

Persoalannya, akses internet gratis itu tak berlaku bagi semua layanan yang eksis di jagat maya. Hanya beberapa layanan yang menumpang Free Basics yang diberi akses cuma-cuma. Antara lain Wikipedia, BBC, situs-situs kesehatan, laporan cuaca, Facebook, dkk.

Seiring banyaknya protes, Facebook pun melonggarkan akses internet gratisnya. Pada Mei 2015, Facebook membuka platform untuk pengembang aplikasi, sehingga siapa pun bisa merilis layanannya di dalam Free Basics. Dengan begitu, layanan yang digratiskan semakin banyak.

Meski demikian, akan tetap ada layanan internet yang tak masuk dalam "paket gratis" Free Basics. Maka konsep prioritas dan diskriminasi layanan internet tetap terjadi. Karenanya, pemerintah India tak luluh dengan upaya Facebook. Free Basics tetap dinyatakan ilegal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com