Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Startup Indonesia Satu-satunya di MWC Barcelona

Kompas.com - 26/02/2016, 13:00 WIB
Oik Yusuf

Penulis

BARCELONA, KOMPAS.com - Ajang Mobile World Congress (MWC) 2016 yang berlangsung di kota Barcelona, Spanyol, tanggal 22-25 Februari adalah ajang eksebisi internasional yang menjadi kiblat industri mobile. Segala yang berkaitan dengan teknologi dan inovasi teranyar di duina mobile ditampilkan di sini.

Para pelaku industri pun tumpah ruah memadati arena pameran yang menempati area seluas hampir 1.900 meter persegi di gedung eksebisi Fira Gran Via. Mulai dari penyedia infrastruktur telekomunikasi, operator, pabrikan gadget, hingga pengembang aplikasi hadir dan saling unjuk gigi.

Hampir semuanya berasal dari negeri-negeri lain di luar Indonesia, kecuali satu, yakni stand aplikasi filter spam untuk mobile, Clean Messaging, milik duo pengembang Anton Nasser dan R. Ari Sudrajat. Keduanya asli Indonesia. Startup mereka merupakan satu-satunya peserta MWC 2016 dari Tanah Air.

"Kami sudah coba cari orang lain dari Indonesia lewat fitur pencarian ekshibitor di situs MWC, untuk cari teman, tapi tidak ketemu," ujar Ari kepada KompasTekno saat disambangi di booth Clean Messaging, Rabu (24/2/2016),

KompasTekno juga tak menemukan peserta lain yang berasal dari Indonesia di situs dimaksud. Memang, ada sejumlah orang Indonesia lain yang bisa dijumpai di arena pameran, tetapi mereka bekerja untuk brand asing yang sudah mendunia.

Mungkin tak akan ada peserta dari Indonesia sama sekali di MWC 2016 kalau bukan karena Clean Messaging. Peserta dari negara lain, seperti Malaysia dan Singapura berjumlah lebih banyak. Tepat di samping booth milik Ari dan Anton, ada paviliun berupa area luas yang sengaja disewa untuk menjadi ajang eksebisi sejumlah perusahaan dari China.

"Pemerintah negara lain banyak yang menyewa paviliun seperti itu untuk menampilkan pelaku industri mobile dari negara mereka," kata Ari. Dia mengeluhkan tidak adanya inisiatif serupa dari pemerintah Indonesia untuk mendorong startup agar tampil di ajang trade show akbar macam MWC 2016

Padahal, menurut dia, acara demikian bisa mendorong perkembangan usaha, baik yang masih kecil maupun sudah besar dengan mempertemukan mereka dengan para pelaku industri lain dari seantero belahan dunia.

Cari kesempatan

Meski harus merogoh kocek sendiri, Ari dan Anton memberanikan diri menyewa booth berukuran kurang dari 9 meter persegi. Meski kecil, harga sewanya disebutkan mencapai ratusan juta rupiah. Semua demi mendorong aplikasi Clean Messaging yang baru berumur kurang dari 4 bulan sejak pertama meluncur pada November 2015.

Ari dan Anton sebelumnya sudah memiliki usaha content provider yang bisa memberi mereka pemasukan sehingga bisa memodali Clean Messaging di bawah perusahaan yang baru dirintis.

Lalu, apa tujuan Clean Messaging bertandang ke Barcelona? Para pembuatnya ternyata ingin menyasar pasar internasional.

"Kami ingin cari rekanan dari operator telekomunikasi atau vendor gadget. Clean Messaging ini kan aplikasi anti-spam, jadi bisa diintegrasikan dan membantu dua jenis bisnis itu, misalnya dengan disertakan sebagai filter spam default di ponsel" terang Ari. Selain itu, dia juga mencari investor yang tertarik untuk mengembangkan usahanya.

Ari dan Anton pun giat memperkenalkan diri pada para operator dan vendor yang banyak bertebaran di arena pameran, selain menyambut pengunjung yang datang ke booth miliknya.

Menurut Ari, seperti pameran lain yang serupa, kebanyakan pengunjung MWC 2016 merupakan pelaku industri yang bermaksud mencari kesempatan -entah berupa produk atau jasa- untuk mengembangkan kepentingan masing-masing. Karena itu tak jarang booth Clean Messaging didatangi oleh para perwakilan perusahaan yang tertarik dengan produk yang ditawarkan.

"Tindak lanjutnya bisa langsung dilakukan, atau bisa komunikasi setelah acara," katanya.

Anti-spam

Clean Messaging yang dijagokan oleh Ari dan Anton merupakan aplikasi filter spam SMS agar pengguna bisa terhindar dari pesan-pesan yang tidak diinginkan seperti SMS promosi, penipuan atau bahkan phising.

Mekanisme kerjanya mirip-mirip "crowdsourcing" di mana aplikasi yang terpasang di ponsel akan terus mengirim pembaruan data ke server terkait nomor yang dipakai untuk mengirim SMS spam atau isinya.

Ari mengatakan pembaruan tersebut diperlukan untuk memblokir spam secara efektif karena pengirimnya kerap berganti nomor setiap melakukan blast SMS maupun mengganti kata-kata di dalamnya seperti "jual" menjadi "ju4l", misalnya. "Inilah sebabnya operator telekomunikasi kesulitan melakukan pemblokiran SMS spam," ujar dia.

Pengiriman data dari aplikasi client ke server dilakukan secara otomatis. Apabila ditemukan spam dengan sumber atau gaya penulisan baru yang tidak ada di basis data, aplikasi akan mengirim langsung informasi pembaruan ke server. Nomor penerima SMS tidak disertakan untuk menjaga privasi. Isi pesan juga hanya bisa dibuka dan dianalisis oleh program AI (artificial intelligence) yang tertanam di server.

Cara pemblokiran spam seperti ini diklaim meningkatkan tingkat sukses pemblokiran spam sehingga bisa melewati aplikasi anti-spam mlik Google sekalipun. Tentu, pengguna bisa memilih agar meloloskan SMS dari pihak tertentu yang memang dikehendaki.

Clean Messaging juga disebut cukup pintar untuk membiarkan SMS yang memang mengandung informasi penting serta memblokir SMS spam, meski keduanya berasal dari pihak yang sama, misalnya info transaksi dan promo dari bank.

Medium SMS sengaja dipilih karena dinilai sebagai sarana yang paling efektif dipakai untuk menyebarkan spam ke ponsel. "Kalau lewat aplikasi instant messenger seperti WhatsApp atau Line, menyebarkan spam akan sulit krena ponsel target penerima belum tentu terpasang aplikasi yang bersangkutan," ujar Ari menjelaskan alasannya.

Ia juga berniat menanamkan fitur identifikasi penelepon ala WhosCall di Clean Messaging agar bukan cuma SMS Spam saja yang bisa diblokir, namun juga telepon dari pihak yang tak diinginkan

Clean Messaging sendiri kini baru tersedia untuk platform Android melalui Google Play Store karena Apple (iOS) tak mengizinkan SMS pengguna diutak-atik. Ari mencatat aplikasinya telah dipakai oleh 20.000 pengguna yang sebagian besar berasal dari Indonesia.

Monetisasi sejauh ini dilakukan lewat penayangan iklan dan menyediakan versi berbayar yang bebas iklan. Meski mengaku belum memiliki rekanan, Ari dan Anton berharap bisa merangkul para operator telekomunikasi di dunia internasional.

"Target kami bemitra dengan 80 operator, atau kurang lebih 10 persen dari jumlah operator seluler di seluruh dunia. Kalau tercapai, itu sudah bagus," pungkas Ari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com