Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia Airlines MH370 Hilang, Begini Ceritanya 8 Tahun Lalu

Kompas.com - Diperbarui 08/03/2022, 08:43 WIB
Reska K. Nistanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tepat delapan tahun yang lalu, 8 Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 rute Kuala Lumpur - Beijing, hilang dari radar saat terbang di atas laut China Selatan, tengah malam.

Salah satu komponen ditemukan di kepulauan Reunion pada Juli 2015 lalu. Komponen tersebut dikonfirmasi sebagai flaperon (komponen sayap) milik pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines.

Kemudian, menjelang peringatan dua tahun hilangnya MH370, yakni pada 2 Maret 2016, serpihan lain yang diduga komponen pesawat B777 juga ditemukan di Gunduk Pasir di tepian pantai Mozambik. Lokasi penemuan juga segaris dengan Kepulauan Reunion, lokasi serpihan pertama ditemukan.

Baca juga: Ini Bukti Malaysia Airlines MH370 Sengaja Hindari Radar

Oleh beberapa ahli, serpihan tersebut diyakini sebagai komponen horisontal stabilizer (sayap kecil di ekor pesawat) milik pesawat Boeing 777, walau saat ini pihak penyelidik gabungan Malaysia, Australia, dan China dibantu oleh Boeing sedang menginvestigasi.

Selang beberapa hari, pada Kamis (3/3/2016), seorang penduduk di kepulauan Reunion yang tahun lalu menemukan bagian sayap dari pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370, pada Minggu (6/3/2016) lalu mengaku menemukan lagi serpihan yang diduga dari pesawat yang sama.

Penduduk bernama Johnny Begue itu menemukan bagian “flaperon” saat membersihkan pantai pada Juli 2015 lalu, mengatakan kepada AFP ia telah menyerahkan obyek baru kepada kepolisian, setelah menemukan serpihan itu pada Kamis (3/3/2016).

Menurut pengakuan Begue, ia menemukan serpihan ukuran 40 x 20 cm tersebut saat sedang jogging.  Menurutnya, serpihan itu emiliki corak biru khas Malaysia Airlines di bagian atas dan abu-abu di bagian bawahnya.

Begue juga mengatakan serpihan itu memiliki konstruksi sarang lebah (honeycomb) seperti komponen flaperon yang ia temukan sebelumnya.

Malaysia Airlines MH370 hilang

Pada malam dini hari 8 Maret 2014, tidak ada panggilan bahaya yang dikeluarkan oleh pilot yang mengawaki Boeing 777 Malaysia Airlines. Kondisi cuaca dilaporkan tergolong baik saat itu, tidak ada saksi mata juga yang melihat adanya ledakan di udara.

Yang terjadi adalah, sebuah penerbangan yang awaknya "berpamitan" dari satu menara kontrol (FIR/flight information region), namun tidak sampai "menyapa" menara kontrol selanjutnya.

MH370 pada malam itu berada di waypoint yang bernama IGARI pada Sabtu (8/3/2014) pukul 01:21 dini hari waktu Malaysia. Waypoint IGARI sendiri berada di radial 059 derajat dari radar VOR Kota Bharu.

Waypoint pesawat Malaysia Airlines MH370. Sumber: http://airinfodotorg.files.wordpress.com/http://airinfodotorg.files.wordpress.com/ Waypoint pesawat Malaysia Airlines MH370. Sumber: http://airinfodotorg.files.wordpress.com/

Di waypoint IGARI inilah MH370 mematikan transpondernya. IGARI berada di batas antara FIR Malaysia dan FIR Ho-Chi-Minh. Saat itu ATC memerintahkan pilot MH370 untuk mengontak ATC Ho Chi Minh di frekuensi 120,9 MHz.

"MH370, please contact Ho Chi Minh City 120.9, good night,” demikian perintah ATC seperti transkrip yang dipublikasikan oleh News.com.au pada 22 Maret 2014 lalu.

MH370 pun menjawabnya dengan, "All right, good night.

Namun setelah ATC Malaysia mengoper kendali ATC ke Ho Chi Minh, MH370 tidak pernah melakukan kontak dengan petugas ATC di Ho Chi Minh. Alih-alih seolah mengatakan salam perpisahan dengan mengucap "selamat tinggal."

Semenjak hilangnya MH370 hingga kini, berbagai analisis dari para pengamat penerbangan dan investigator di seluruh dunia pun bermunculan. Bahkan, teori-teori konspirasi pun muncul dengan menyangkut-pautkannya dengan operasi yang dilakukan oleh badan intelijen AS.

Informasi yang simpang siur

Menurut Jeff Wise, penulis buku The Plane That Wasn't There yang tulisannya juga dimuat di New York Magazine, (23/2/2015), peristiwa seperti MH370 ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan salah satu hal yang membuat MH370 terkesan misterius dan penyelidikannya sulit untuk dilakukan adalah karena informasi dari pihak berwenang Malaysia yang simpang siur.

Misalnya, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak yang pada pagi 8 Maret 2014 mengumumkan lokasi jatuhnya MH370 diperkirakan di Laut China Selatan. Pencarian besar-besaran pun dikerahkan pada pagi yang naas itu.

Namun, tak lama setelah itu, pihak berwenang Malaysia mengumumkan pencarian juga dilakukan di Laut Andaman, yang notebene jaraknya terpisah sejauh 400 mil.

Informasi yang beredar belakangan menyebut bahwa radar milik militer Malaysia sempat menangkap sinyal MH370 walau pesawat tersebut telah mematikan transponder dan hilang dari radar sipil.

Baca juga: Militer Malaysia: MH370 Terakhir Terlihat di Selat Malaka

Pada mulanya, pihak Malaysia membantah kabar yang menyebut MH370 terbang ke arah barat, atau berbelok 180 derajat dari arah semula.

Namun setelah satu minggu pencarian dilakukan di Laut China Selatan, pihak Malaysia mengakui bahwa mereka mengetahui kalau MH370 sempat berputar berlawanan arah yang seharusnya.

Melacak dengan "ping" satelit

Inmarsat, operator penyedia layanan komunikasi data yang juga dipakai oleh Malaysia Airlines,  pada saat itu mengetahui bahwa salah satu satelitnya yang kebetulan melintas di sekitar Samudera Hindia, menangkap sinyal (ping) yang dipancarkan MH370 selama tujuh jam setelah transponder pesawat dimatikan.

Menurut pihak Inmarsat, dengan menggunakan perhitungan matematika, serta handshake yang terjadi antara sistem di pesawat dengan satelit milik Inmarsat, pesawat diketahui mengirimkan lokasinya secara periodik.

Data yang digunakan adalah data burst frequency offset, atau disingkat BFO, yang merupakan salah satu aspek dari handshake satelit.

Baca juga: Inmarsat Ungkap Cara Melacak Posisi Terakhir Pesawat MH370

BFO dihitung dengan mengukur perubahan panjang gelombang sinyal yang ditentukan oleh posisi pesawat relatif terhadap satelit.

Handshake atau "ping" yang terjadi antara sistem komunikasi Inmarsat yang tertanam dalam B777 MH370 dengan salah satu satelit Inmarsat tersebut tidak mengandung data lokasi, melainkan hanya interval panjang gelombang saja, atau jarak yang menuju ke penjuru arah dari satelit berada.

Melalui data jarak interval itulah Inmarsat membuat plot lokasi pesawat berdasar panjang gelombang transmisi. Hasilnya adalah lokasi yang berbentuk seperti garis melingkar setengah lingkaran, dengan sumbu utamanya adalah posisi satelit berada.

Busur setengah lingkaran itu pun membentang sepanjang 6.000 mil dari sebelah utara di perbatasan antara Kazakhstan dan Tiongkok, dan di sebelah selatan di Samudera Hindia.

Pada saat itu, belum diketahui apakah MH370 terbang ke utara atau ke selatan. Namun pada tanggal 24 Maret 2014, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak mendapat informasi dari sumber yang menurutntya bisa dipercaya, yang menyatakan bahwa MH370 sejatinya terbang ke arah selatan.

Berdasar informasi yang didapat Razak tersebut, pesawat sebenarnya terbang ke arah selatan, dan dengan menimbang bahwa di area tersebut tidak ada tempat yang memungkinkan sebuah B777 mendarat, ditambah perhitungan jumlah bahan bakar yang dibawa MH370 saat itu sudah habis, maka Malaysia Airlines pun menyimpulkan bahwa pesawat MH370 telah jatuh.

Saat itulah keluarga dan kerabat dari seluruh penumpang MH370 diberitahu oleh pihak Malaysia Airlines agar bisa menerima kenyataan bahwa orang-orang yang mereka cintai telah meninggal.

"Malaysia Airlines deeply regrets that we have assume beyond any reasonable doubt that MH370 has been lost and that none of those on board survive" demikian pemberitahuan resmi yang dikeluarkan oleh Malaysia Airlines.

"We must now accept all evidence suggests the plane went down in the Southern Indian Ocean," tulis Malaysia Airlines.

Dianggap sebagai kecelakaan

Pada Januari 2015, pemerintah Malaysia mengumumkan bahwa pesawat B777 milik maskapai Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370 yang hilang, secara resmi dinyatakan mengalami kecelakaan, dan semua penumpang beserta awak dianggap meninggal dunia.

"Dengan berat hati dan duka cita mendalam, atas nama Pemerintah Malaysia, kami secara resmi mengumumkan Malaysia Airlines penerbangan MH370 mengalami kecelakaan," demikian kata perwakilan Departemen Penerbangan Sipil Malaysia, Azharuddin Abdul Rahman.

"Ke semua penumpang beserta awak yang berjumlah 239 orang dianggap meninggal dunia," imbuh Azharuddin.

Baca juga: Malaysia Putuskan Hilangnya MH370 adalah Sebuah Kecelakaan

Pernyataan ini akan memperjelas situasi bagi keluarga penumpang yang berhak mendapatkan kompensasi, dan bagi Malaysia Airlines untuk mengajukan klaim asuransi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com