Ilmuwan komputer dari University of Pennsylvania, Matt Blaze, menilai, kehilangan tersebut sama fatalnya dengan serangan peretas yang berhasil menjebol departemen personalia milik pemerintah federal Amerika Serikat.
Bedanya adalah skala data yang diperoleh dari flashdisk milik ISIS ini lebih kecil.
Dari dalam flashdisk milik ISIS itu, lembaga-lembaga antiteror bisa menemukan macam-macam data rahasia serta informasi pribadi milik 22.000 prajurit teror mereka.
Informasi pribadi yang dimaksud antara lain berupa nama, nomor telepon, kota kelahiran, hingga tipe darah orang tersebut.
Selain soal nama atau nomor telepon, data dalam flashdisk juga memuat daftar pertanyaan dalam wawancara calon prajurit ISIS. Salah satunya mengenai negara mana saja yang pernah dikunjungi.
Sebagaimana dilansir KompasTekno dari Wired, Jumat (9/3016), jika data tersebut benar-benar asli, kebocoran ini punya arti penting bagi kegiatan antiteror.
Lembaga mana pun yang memiliki salinan data itu bisa memakainya untuk melacak anggota ISIS serta memutus jalur perekrutan prajurit teroris baru.
Data mengenai negara yang pernah dikunjungi juga berguna untuk memetakan rute sebaran prajurit-prajurit ISIS yang berkewarganegaraan asing.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.