Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Cuma Uber dan Grab, Ini "Perusak" Industri Lainnya

Kompas.com - 24/03/2016, 10:04 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

Melihat celah ini, Facebook membuat Instant Article (IA) pada pertengahan 2015 lalu. Menggandeng organisasi media arus utama, IA tak ubahnya pengepul konten berita yang sudah melewati tahap verifikasi. Dengan adanya IA, tak ada alasan netizen beranjak dari Facebook.Ingin tahu kabar teman? Lihat Facebook. Ingin tahu berita terkini yang disajikan berbagai media massa? Lihat Facebook. Padahal, sama seperti Uber yang tak punya mobil, Facebook pun tak membuat konten apapun.

AirBnB

AirBnB yang merupakan akronim dari Air Bed and Breakfast, juga sama merusaknya bagi industri perhotelan. Layanan berbentuk situs dan aplikasi tersebut memediasi kepentingan penyedia kamar dan orang yang butuh kamar menginap.

Misalnya orang A punya kamar kosong di rumah atau apartemen. Ia cukup menawarkan kamar tersebut via AirBnB ke para pelesir yang butuh tempat menginap bertarif rendah.

Airbnb Situs Airbnb

Jika ada yang tertarik, orang A bakal dapat pemasukan tambahan. Jika tidak, orang A pun tak rugi. Sebab, orang A tak seperti pengusaha hotel yang harus bayar resepsionis, cleaning service, serta mengeluarkan ongkos pemeliharaan hotel.

Mulanya AirBnB menyasar para pelancong dengan bujet terbatas. Lama-lama banyak kamar di Airbnb yang sebelas duabelas dengan kamar-kamar hotel mewah. Yang terpenting, harganya tetap lebih murah. Maka para pelancong berbujet tinggi sekalipun tertarik memesan kamar di situs tersebut.

Artinya, AirBnB pun sudah masuk ke pasar yang harusnya diraup hotel. Jika kiprahnya di tanah air makin meluas, tak menutup kemungkinan Airbnb juga bakal diprotes para pemilik penginapan dan hotel resmi.

Padahal, sekali lagi, Airbnb adalah layanan penginapan tanpa satupun aset properti.

Amazon

"Perusak" lainnya adalah Amazon. Perusahaan yang berdiri sejak 1994 tersebut adalah cikal bakal maraknya perdagangan elektronik alias "e-commerce" saat ini.

Kiprahnya telah menggeser tatanan sistem jual beli masyarakat yang dilanggengkan selama berdekade. Kini, masyarakat tak perlu ke mal untuk membeli barang. Cukup lihat katalog produk dari berbagai situs e-commerce dan kemudian memesan barang yang ingin dibeli.

Reuters Amazon.com

Hari ini kita mengenal Alibaba, Lazada, Tokopedia, Bukalapak, OLX, Elevania, dan sebagainya. Meski masing-masing telah memodifikasi model bisnis, benang merahnya tetap sama, yakni memudahkan proses jual beli masyarakat.

Bermula dari Amazon, ekosistem e-commerce saat ini tumbuh paling subur di antara bisnis digital lainnya.

Para "perusak" industri ini mengandalkan teknologi untuk tujuan hidup yang lebih praktis. Sama seperti perkembangan teknologi yang tak terelakkan, kehadiran para "perusak" ini pun sukar diberantas.

Di tengah konflik kepentingan antara si tradisional dan si "perusak", pemerintah diharapkan bisa menengahi lewat regulasi yang seyogyanya memenangkan semua pihak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com