Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Line Bersaing dengan WhatsApp

Kompas.com - 28/03/2016, 08:11 WIB
Deliusno

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com - Aplikasi Line saat ini tidak sendirian bermain di pasar messenger atau layanan pesan instan. Pasar ini bisa dikatakan penuh sesak oleh pemain lain, seperti Facebook Messenger, WhatsApp, WeChat, Telegram, dan lain-lain.

Untuk menghadapi ketatnya persaingan tersebut, perusahaan gabungan Jepang dan Korea Selatan ini ternyata sudah memiliki "senjata" atau strategi yang dinilai ampuh.

Takeshi Idezawa, CEO and Director Line Corporation, membeberkan bahwa strategi Line tersebut adalah lokalisasi konten.

Dengan menghadirkan konten yang dekat dengan masyarakat sebuah negara, diharapkan masyarakat bisa lebih memilih aplikasi Line dibandingkan produk lainnya.

"Kami mengedepankan lokalisasi," tutur Idezawa dalam sesi tanya jawab dengan KompasTekno dan beberapa media asal Indonesia di sela-sela Line Conference Tokyo, Jumat (25/3/2016).

Contoh dari lokalisasi itu adalah fitur Find My Alumni. Melalui fitur tersebut, ujar Idezawa, pengguna Line di Indonesia bisa menemukan teman satu sekolahnya dulu.

"Fitur ini tidak ada di Jepang, tapi ada di Indonesia. Di Jepang itu tidak masuk akal mencari satu teman dari sekolah dulu. Tapi di Indonesia, ini merupakan fitur yang menarik," tutur Idezawa.

Konten lokalisasi lain yang dimaksudkan oleh Idezawa adalah film pendek Ada Apa Dengan Cinta? yang sempat heboh beberapa waktu lalu. Video promosi Line yang diunggah di YouTube tersebut mampu menarik perhatian banyak netizen dan menjadi pembicaraan di dunia maya.

Selain itu, membuat stiker yang memiliki nilai kedekatan dengan suatu negara tertentu juga dilakukan Line. Sebagai contoh, stiker yang dibuat Line khusus untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

"Kami juga mengedepankan penggunaan stiker-stiker yang menarik minat masing-masing negara. Kalau kami lihat di suatu negara ada satu kebutuhan khusus, akan kami kerjakan," beber Idezawa.

Selain lokalisasi, Line juga memiliki strategi lain dengan membuat tampilan aplikasi yang ceria dan bahagia. Langkah itu tentunya untuk menarik minat anak muda.

"Kalau kita lihat aplikasi WhatsApp (pesaing Line) itu sangat sederhana, tetapi sangat digemari di seluruh dunia. Kami mengambil langkah yang berbeda, yakni memberi pendekatan yang lebih gembira. Arah kami akan ke situ," pungkas Idezawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com