“Kami memulai Spotify karena kami cinta musik dan pembajakan telah membunuhnya,” papar Daniel. Daniel menegaskan, ia ingin membantu penggemar menemukan musik kesukaannya dan artis bisa terhubung dengan penggemarnya melalui platform yang bisa memproteksi dari pembajakan.
Spotify bukanlah musuh. Pembajakan itulah musuh sebenarnya. “Pembajakan tak membayar sepeser pun kepada artis. Spotify telah membayar artis, pencipta lagu, dan label hingga dua miliar dollar AS. Kami bekerja siang malam untuk memulihkan uang bagi bisnis musik yang telah dicuri oleh para pembajak,” kata Daniel.
Daniel menjelaskan kata gratis dalam bisnis freemium-nya. Gratis bukan berarti artis tak mendapatkan bayaran sama sekali. “Musik gratis dibayar oleh iklan dan kami membayar setiap lagu yang dimainkan,” katanya.
“Kami percaya pada opsi gabungan atau freemium ini yang akan membangun skala penggunaan dan monetisasi secara bersamaan,” kata Daniel. Daniel pun memberi contoh, bagaimana musik telah disajikan gratis secara massal di berbagai tempat, salah satunya di YouTube.
Banyak kalangan masih memprotes bagian penerimaan artis yang dinilainya sangat kecil dan tidak adil. Dari semua pendapatan yang diperoleh Spotify, artis, penulis lagu, dan label mendapatkan porsi 70 persen, sisanya untuk Spotify.
Seperti diakui Spotify di laman webnya, setiap lagu yang diputar oleh seorang pengguna menyumbangkan 0,006 hingga 0,0084 dollar AS per sekali putar per orang per waktu.
Daniel menjelaskan, angka itu memang kecil jika dilihat nilainya. Namun, bandingkan jika itu dikalikan dengan 500.000 kali putar.
Angka 500.000 bukanlah angka besar jika diumpamakan skemanya mirip dengan stasiun radio yang menyiarkan satu lagu yang didengar oleh 500.000 pendengarnya. Dari 500.000 kali diputar, Spotify akan membayar 3.000 hingga 4.000 dollar AS.
Apa yang dikatakan Daniel Ek soal memproteksi musik dan memerangi pembajakan dengan freemium tampaknya bukanlah isapan jempol. Data dari "Columbia University Copyright Infringement and Enforcement" menunjukkan, saat orang diberi alternatif konten gratis dan legal, maka pembajakan turun drastis.
Pada kelompok usia 18-29 tahun, pembajakan turun hingga 55 persen. Untuk rentang usia 30-49 tahun, pembajakan turun 40 persen, dan rentang usia 50-64 tahun pembajakan turun 40 persen.
Terlepas dari kontroversi, industri musik di era digital harus menentukan nasibnya sendiri, apakah akan terus berjualan dengan cara pandang lama, ataukah ikut revolusi pemasaran dunia baru. Namun yang perlu dicatat, freemium bukanlah barang gratisan.
Spotify telah mengisi gelombang ketiga dari ekonomi musik. Selama ini kita hanya mengenal model gratis atau berbayar. Spotify memilih jalan ketiga: freemium.
Setuju atau tidak setuju dengan freemium, mari kita nikmati Waldjinah dan Rihanna secara gratis dan legal di ponsel kita. Freemium di industri musik telah memungkinkan Waldjinah dan Rihana berlaga di medium yang sama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.