Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat "Wanita Pendamping", Trafik MatahariMall Meroket

Kompas.com - 05/04/2016, 13:48 WIB
Oik Yusuf

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tanggal 1 April 2016, situs layanan e-commerce MatahariMall tiba-tiba menayangkan iklan yang menawarkan jasa "wanita pendamping" alias teman kencan untuk para lelaki yang kesepian. Iklan itu ternyata joke April Mop, ketika di-klik pun, isinya ternyata menampilkan hal yang bertolak belakang, yakni kampanye anti human-trafficking.

Meski cuma lelucon yang berisi pesan "serius", iklan jasa kencan yang ditampilkan MatahariMall ternyata berdampak besar terhadap lalu lintas internet menuju situs tersebut. Hal ini diungkapkan oleh CEO MatahariMall Hadi Wenas saat berbicara dalam konferensi Echelon 2016 di Jakarta, Selasa (5/4/2016).

"Dalam periode tiga hari, yakni Jumat (1 April), Sabtu, dan Minggu setelah munculnya iklan itu, trafik kami naik jadi 5 kali lipat, sementara transaksi naik 2,5 kali lipat. Belum lagi PR value karena banyak media yang meminta klarifikasi pada kami. It was a hit," ujar Hadi.

Matahari Mall Poster digital dari Matahari Mall ke email para penggunanya, Jumat (1/4/2016)

Dia mengaku tidak memberitahukan Direktur Lippo Group John Riady, selaku perusahaan induk MatahariMall, soal rencana penayangan iklan yang berpotensi memancing kontroversi itu. "Saya cuma WhatsApp sebelumnya, minta maaf atas apa yang akan terjadi besok. Ketika dia tanya apa yang akan terjadi, saya tidak jawab," lanjut Hadi sambil terkekeh.

Sebagai CEO, Hadi mengaku dipercaya sepenuhnya oleh John. Hal itu, menurut dia, menggambarkan budaya berani mengambil risiko yang diterapkan di MatahariMall.

Bagaimana jika iklan jasa kencan ternyata malah menjadi bumerang dengan menimbulkan dampak buruk? Hadi mengaku sudah siap. "Saya sudah menyiapkan langkah-langkahnya kalau itu terjadi. Kasus terburuknya, saya akan meminta maaf secara terbuka di media," tuturnya.

Meski berisiko, Hadi mengatakan bahwa penayangan iklan seperti jasa kencan itu merupakan langkah yang mesti ditempuh demi menumbuhkan bisnis. Dia juga menekankan pentingnya membangun budaya yang menyenangkan di perusahaan, khususnya bagi startup.

"Tanpa faktor 'fun' ini, satu-satunya hal yang merekatkan orang-orang adalah uang, dan sebagian besar startup tak mampu membiayai itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com