Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi di Balik Pengumpulan Bocoran "Panama Papers"

Kompas.com - 07/04/2016, 19:14 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com - "Hallo. Ini John Doe. Berminat akan data?"

"Kami sangat tertarik."

"Tapi ada syaratnya. Hidup saya dalam bahaya, kita hanya akan chatting lewat file yang terenkripsi, tidak saling ketemu, walau hanya sekali, cerita yang mau dipublikasi terserah kamu."

"Mengapa kamu mau melakukan ini (membocorkan data)?"

"Aku ingin publik tahu kejahatan-kejahatan ini."

"Berapa jumlah (bocoran) data yang kita bicarakan ini?"

"Lebih banyak dari yang pernah kamu jumpai sebelumnya."

Demikianlah percakapan di internet yang terjadi antara Bastian Obermayer, seorang reporter surat kabar Jerman Suddeutsche Zeitung dengan pria yang mengidentifikasi dirinya sebagai "John Doe" pada 2014 lalu.

Percakapan tersebut menjadi awal kebocoran data terbesar sepanjang sejarah yang kini ramai disebut dengan "Panama Papers."

Data ini berisikan informasi jaringan orang-orang berkuasa dan kaya di dunia yang memanfaatkan kebijakan keringanan pajak (tax haven) di Panama untuk menyembunyikan kekayaan, mencuci uang, atau menghindari pajak.

Data tersebut berasal dari kantor pengacara Panama yang bernama Mossack Fonseca yang di dalamnya memegang data rahasia dari 128 politisi dan pejabat publik di seluruh dunia, termasuk di dalamnya 12 pemimpin dunia yang masih menjabat atau yang telah pensiun.

Bagaimana ceritanya pembocor (whistleblower) yang anonim bisa mengirim data dalam jumlah besar hingga 2,6 terabyte, yang kemudian dianalisis oleh sekitar 400 jurnalis dari berbagai negara secara diam-diam selama lebih dari satu tahun, sebelum akhirnya dirilis ke publik?

Obermayer dan Direktur International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), Gerard Ryle menceritakannya kepada Wired dan dirangkum oleh KompasTekno, Kamis (7/4/2016) seperti berikut ini.

Percakapan dienkripsi

Dijelaskan Ryle, data tersebut mulai diterima oleh Obermayer sejak akhir 2014 lalu. Orang yang tidak mau disebut namanya itu menghubungi Obermayer melalui percakapan internet yang terenkripsi.

Obermayer sendiri mengatakan kepada Wired, komunikasi dengan sumbernya itu dilakukan lewat kanal terenkripsi yang berubah-ubah dan percakapan itu selalu dihapus sebelum berganti dengan platform yang lain.

Menurut Obermayer, beberapa platform percakapan yang dipakai, antara lain Signal dan Threema, serta e-mail yang memiliki enkripsi PGP (Pretty Good Privacy). Meski demikian, Obermayer menolak untuk menjelaskan metode apa yang dipakai.

Setiap kali memulai percakapan, keduanya akan saling memastikan jati diri masing-masing dengan kode pertanyaan dan jawaban yang telah disepakati sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com