Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Orang Indonesia Berbisnis Kamar Tidur yang Kosong di AirBnB

Kompas.com - 11/04/2016, 13:56 WIB

Tim Redaksi

"Sebelum mendaftar ke Airbnb, apartemen saya disewa oleh ekspatriat yang bekerja di Indonesia. Atas saran desainer apartemen itu, saya mendaftar ke Airbnb untuk kembali menyewakannya. Ternyata banyak juga yang mau menginap di situ," tuturnya.

Pengalaman berjalan-jalan di tempat lain membantu Sari dan Laurent untuk melengkapi apartemen yang disewakan. "Misalnya, saya menyediakan makanan kecil gratis. Rasanya, kan, sedih kalau datang ke tempat tinggal di negara baru, lapar, tetapi isi ruangannya kosong," kata Sari.

Apartemen studio berukuran 30 meter persegi milik Sari dan suaminya, Laurent, berada tidak jauh dari pusat perbelanjaan Pondok Indah Mall.

Sari dan Laurent berusaha untuk menjadi tuan rumah yang baik untuk tamu mereka melalui berbagai cara, misalnya mengajak makan bersama. Sari menyatakan, dirinya tidak merasa kesulitan menjalankan pekerjaannya sambil menjadi tuan rumah Airbnb.

"Sari dan suaminya sangat mengesankan. Mereka sangat hangat dan bersahabat, hingga Jakarta terasa seperti rumah," tulis Doris, wisatawan dari Singapura.

Fasilitas

Theresia, pemilik Rumah Brokoli di Palmerah, Jakarta Barat, mengatakan, dirinya menyewakan kamar melalui Airbnb dengan menawarkan beragam fasilitas seperti hotel berbintang. Terdapat 12 fasilitas disiapkan Theresia untuk meningkatkan kenyamanan penyewanya, antara lain kamar mandi dalam, air hangat, televisi kabel, internet, kulkas, penyejuk ruangan, dan sarapan. Penyewa pun bisa memasak sendiri karena Theresia juga menyediakan dapur.

"Saya juga menyediakan peta wisata, rute transjakarta, rute KRL commuter line, rute metromini dan kopaja, peta penjual makanan di sekitar lokasi penginapan, dan kartu pembayaran elektronik. Semua saya sediakan secara gratis karena pengalaman saya saat menjadi seorang traveller yang terkadang sulit mendapatkan informasi saat berada di negeri orang," tutur Theresia.

Selain itu, ia pun dengan senang hati menjawab semua pertanyaan dari pelanggannya. Pertanyaan tersebut ia dapati sejak penyewa melakukan pemesanan melalui aplikasi hingga menginap di tempatnya. Ia selalu menanyakan kebutuhan penyewa kamarnya. Waktu masuk di tempatnya pun fleksibel, disesuaikan dengan kedatangan penyewanya.

"Saya pernah menunggu tamu selama lima jam. Katanya masuk pukul 14.00, tetapi baru datang pukul 19.00," ujar Theresia.

Terkadang, Theresia juga khawatir dengan tamu yang akan menginap di tempatnya. Hal tersebut karena semua transaksi dilakukan melalui aplikasi daring sehingga ia tidak bisa mengetahui calon penyewa penginapannya.

"Sebelum saya mengizinkan tamu menginap, saya selalu memantau melalui internet untuk menghindari tamu yang tidak sopan dan berpotensi akan berbuat kejahatan di tempat saya," kata Theresia. (C01/C09)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 April 2016, di halaman 13 dengan judul "Berbisnis Kamar Tidur yang Kosong".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com