KOMPAS.com - Februari lalu, WhatsApp mengumumkan bahwa jumlah pengguna layanannya sudah mencapai angka 1 miliar. Meski demikian, tim perusahaan pesan instan itu tetap “langsing” dengan jumlah engineer hanya 57 orang.
Menurut programer WhatsApp Rick Reed, berkat jumlah karyawan yang sedikit itu, WhatsApp bisa bergerak dengan “gesit”, karena semua orang punya visi yang sama.
“Budaya inilah yang memungkinkan kami meningkatkan skala,” ujar Reed ketika berbicara dalam konferensi Facebook F8, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Sabtu (16/4/2016).
Selain itu, imbuh dia, kunci kesuksesan WhatsApp terletak pada fokus perusahaan yang sedari dulu hanya menyediakan layanan chatting.
Meskipun layanan lain, seperti Facebook Messenger dan Google Hangout sibuk menambah fitur, kata Reed, WhatsApp memilih untuk tetap fokus membangun aplikasi chat yang sederhana.
“Misi kami adalah menyediakan alat komunikasi yang bisa diandalkan tanpa banyak pernak-pernik lain,” jelasnya. Filosofi WhatsApp adalah “engineering secukupnya” agar bisa tetap fokus.
Kantor tenang
Demi fokus itu, WhatsApp pun sangat jarang melakukan rapat. Sebagai gantinya, para karyawan memakai “berbagai program chatting” untuk mengobrol dalam grup-grup kecil, sesuai proyek masing-masing.
“Kebijakan ini benar-benar membuat kami tetap fokus pada apa yang sedang dilakukan dan membuat kantor menjadi tenang,” ujar Reed.
WhatsApp juga memiliki “kelebihan” dibanding perusahaan-perusahaan teknologi lain yang lebih besar, seperti Google atau Facebook tadi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.