Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enak Mana, Jadi Karyawan atau Punya "Startup"?

Kompas.com - 21/04/2016, 08:17 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Otodidak

Cerita tak berbeda datang dari Christian Sugiono. Dikenal sebagai artis peran, dia juga adalah pemilik startup.

“Dari dulu saya suka komputer. Apa pun deh yang berhubungan dengan teknologi dan bidang kreatif,” ungkap Tian, sapaan Christian, pada acara yang sama.

Tian mengaku melewati jalan berliku sebelum memiliki bisnis sendiri. Dia bercerita, pekerjaan pertamanya adalah menjadi kasir restoran, yaitu ketika kuliah di Jerman.

“Penghasilannya lumayan tapi pekerjaannya melelahkan,” tutur Tian. Hingga, pada 2006 Tian pulang ke Indonesia meski kuliahnya di Jerman belum rampung.

“Saya lebih nyaman belajar otodidak, waktu itu. Waktu terbatas dan umur bertambah. Nekat, coba mencari apa yang bisa dikerjakan di Indonesia,” kenang dia.


Sampai di Tanah Air, Tian banyak mencoba hal baru, termasuk dunia entertaintment. “Di dunia (panggung) ini penghasilan besar, networking luas, tetapi masih kerja sama orang lain kan?” ungkap dia.

Pencariannya pun berlanjut. Membangun bisnis milik sendiri menjadi pilihan Tian berikutnya. Startup yang dia bangun bernama Subtube Studio.

“Kerjaannya menawarkan jasa untuk mengembangkan sebuah produk, misalnya membuat situs web dan isi content-nya. Waktu itu, karyawannya hanya dua orang termasuk saya. Modal kami hanya kartu nama dan laptop,” ungkap Tian.

Belum puas dengan itu, Tian mulai menjajal startup lain. Kali ini dia melirik sebuah situs web dengan konten video kreatif yang sempat mati suri.

“Waktu itu, saya dan dua founder lain berencana menghidupkannya kembali. Kali ini, kami serius untuk membawanya menjadi perusahaan media,” sebut Tian.

Sebisa mungkin jadi leader

Untuk mengembangkan startup, ugkap Tian, butuh kemampuan berpikir terbuka untuk mendapatkan ide baru. “Sebisa mungkin harus jadi leader bukan follower,” tegas dia.

Tian menambahkan, bisnis yang berkaitan dengan teknologi akan selalu berhadapan dengan perubahan yang cepat.

“Lucunya begini, kalau di internal kadang kami meeting hari ini membahas rencana dan arah bisnis yang seperti apa. Dua bulan kemudian, (rencana dan arah bisnis) berubah lagi," ungkap Tian.

Menurut Tian, perubahan visi dan misi dalam bisnis ini bukanlah bentuk ketidak-konsistenan melainkan wujud dari gerak dinamis usaha. "Kenapa enggak? Itulah kenapa disebut startup,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com