Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Startup Lokal KinerjaPay Melantai di Bursa Saham AS

Kompas.com - 02/05/2016, 13:40 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Maret 2016, perusahaan rintisan digital (startup) lokal, KinerjaPay, telah melantai perdana di OTCQB Amerika Serikat.

Chairman PT Kinerja Indonesia, induk perusahaan KinerjaPay, Edwin W. Ng dalam temu media di Jakarta, Jumat (29/4/2016) mengatakan, keinginannya mendaftarkan KinerjaPay ke OTCQB karena untuk mengumpulkan dana lebih besar.

Selain itu, dia menganggap pasar modal di Amerika Serikat jauh lebih stabil dan siap mengakomodasi kebutuhan startup. Meski begitu, hingga sekarang, dirinya enggan menyebutkan nama-nama pembeli.

Chief Executive Officer KinerjaPay Deny Raharjo menyebutkan, KinerjaPay menawarkan harga saham perdana sebesar 0,5 dollar AS per lembar atau berkisar Rp 6.500 - Rp 7.000. Pada saat ini, harga per lembar sekitar 0,70 dollar AS atau mencapai Rp 9.100 - Rp 9.800.

"Kami ingin perolehan pengumpulan dana tersebut untuk memperbaiki infrastruktur pusat data. Kami ingin KinerjaPay bisa jadi solusi pembayaran, game, dan laman pemasaran bagi pengguna ponsel pintar yang nyaman. Jika sekarang akses menjalankan aplikasi atau laman masih lama, itu karena kami sedang memperbaiki sistem infrastrukturnya," ungkap Deny.

Perbedaan dengan bursa saham lain

Informasi perihal melantainya KinerjaPay di bursa AS menimbulkan kekaguman sekaligus pertanyaan bagaimana caranya bisa menembus pasar keuangan Amerika Serikat. Ada pula pertanyaan apa itu OTCQB dan perbedaannya dengan NASDAQ, NYSE, dan sejenisnya?

Pengamat pasar modal Yanuar Rizky, yang dihubungi Kompas Tekno beberapa waktu lalu, menyampaikan bahwa banyak bursa saat ini berada dalam status izin Alternative Trading Sytsem (ATS). Maksud dari ATS adalah sistem perdagangan yang aturannya di luar pasar saham.

Sifat perdagangannya berdasarkan kesepakatan para pihak berkepentingan, baik dari sisi harga maupun momen transaksinya. Biasanya disebut pula over the counter (OTC).

OTCQB, lanjut Yanuar, merupakan bursa-bursa yang tidak sebesar New York Stock Exchange (NYSE) dan NASDAQ Stock Market.

"Transaksi pembeli dan penjual di OTCQB berdasarkan kesepakatan atau OTC, bukan continous auction (CA) atau tawar menawar secara berkelanjutan. Sistem CA ini dipakai di bursa saham, seperti Bursa Efek Indonesia," kata dia.

Menurutnya, perdagangan bursa di Amerika Serikat biasa menjalankan CA dan OTC. Di Indonesia pun sebenarnya menerapkan model OTC untuk produk obliglasi.  Akan tetapi, ketentuan pencatatan penerbitan obligasi cukup berat.

"OTCQB memang memiliki papan pengembangan khusus bagi perusahaan sekelas startup. Persyaratannya pun tidak rumit. Usaha rintisan yang baru tahap awal pun bisa, asal ada pembeli untuk OTC-nya," kata Yanuar.

Dengan kata lain, startup yang sudah memiliki pembeli saham dari perusahaan modal ventura tertentu, dapat memasukkan bond mereka ke marketplace OTC milik mereka di OTCQB.

"Keluarga maupun kolega startup di Indonesia juga bisa bertindak sebagai pembeli saham. Ini menyerupai mekanisme bursa untuk model perusahaan cangkang di negara surga pajak yang sedang ramai dibicarakan orang. Identitas pembelinya memungkinkan dibuat seperti perusahaan cangkang masuk melalui perusahaan modal ventura tertentu di Amerika Serikat," imbuh Yanuar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com