Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat Pertama Singkap Masa Depan Google

Kompas.com - 04/05/2016, 19:28 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

KOMPAS.com - Tiap tahun, pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin menulis blog yang menjadi layaknya surat terbuka untuk para pemegang saham. Dinamai Founder's Letter, blog itu berisi rangkuman hal yang dilakukan Google selama setahun, serta visi perusahaan di masa depan.

Tahun ini, Page dan Brin tak lagi menulis di Founder's Letter. Mereka menyerahkan tongkat estafet tersebut ke CEO Google, Sundar Pichai.

Jika ditilik dari esensi namanya, seharusnya Founder's Letter diubah menjadi CEO's Letter. Tapi yang terpenting bukan soal nama, melainkan esensi isi surat tahunan tersebut.

Berikut beberapa poin yang disinggung Pichai pada surat tahunan pertamanya, sebagaimana dirangkum KompasTekno, Rabu (3/5/2016) dari GoogleBlog.

Informasi untuk semua orang.

Menurut Pichai, salah satu alasan dibentuknya perusahaan induk Alphabet adalah untuk meruncingkan fokus bisnis Google. Sebagai mesin pencari, Google ingin menjadi platform utama bagi masyarakat untuk mendapatkan semua informasi di dunia ini.

Untuk itu, Google berupaya mengembangkan sistem pencarian yang lebih memudahkan netizen, baik via komputer maupun mobile. Antarmukanya dibuat lebih ramah pengguna, semua informasi (teks, gambar, dan video) dikategorikan dengan rapi.

Pichai mengklaim pencarian menggunakan perintah suara alias voice command juga meningkat. Maka tak ada lagi hambatan bagi netizen untuk mencari informasi secepat mungkin. Jika terlalu malas untuk mengetik, pengguna cukup bersuara untuk mengulik informasi yang dibutuhkan.

Ke depan, Google menargetkan sistem pencarian yang lebih memahami konteks, situasi, dan kebutuhan pengguna. Tentu saja, hal-hal itu dilakukan dengan tetap menghormati hak privasi pengguna.

Kekuatan machine learning dan artificial intelligence (AI)

Menurut Pichai, kunci utama dari semua kecanggihan teknologi yang ditawarkan Google adalah machine learning dan AI. Dua elemen teknologi tersebut kurang lebih berfungsi mempelajari manusia, merumuskan pola perilaku manusia, dan bersikap seakan-akan seperti manusia.

Machine learning dan AI memungkinkan pengguna memakai perintah suara untuk mencari informasi, menerjemahkan situs berbahasa A ke bahasa B, menyaring spam dari email, dan menuntaskan masalah-masalah lain di kehidupan masyarakat modern.

Maret lalu, tim Google menggodok sebuah program yang diproyeksikan mampu mengalahkan gamer profesional dengan teknik bermain paling ruwet sekalipun. Implikasinya adalah revolusi di dunia game.

Komputer tak akan lagi jadi lawan game yang membosankan. Kemampuannya toh bakal sama dengan manusia.

AI juga ditargetkan akan membantu manusia menyelesaikan pekerjaan rumah, bahkan turut menanggulangi perubahan iklim dan penyembuhan kanker.

Konten terbaik diakses di mana pun

Pada awal mula internet, penggalian informasi semata-mata dilakukan melalu penjelajahan situs versi PC. Seiring migrasi ke arah mobile, semakin banyak netizen yang menuntut informasi lintas media.

Mereka semakin banyak menonton video, semakin sering bermain game, semakin candu mendengar musik, semakin gila baca buku, dan semakin tak bisa lepas dari aplikasi mobile.

Untuk itu, Google mengklaim terus meningkatkan performa YouTube dan Google Play. Dua divisi tersebut dianggap paling mengakomodir kebutuhan visual dan kebutuhan mobile pengguna.

Google tak ingin YouTube sekadar didefinisikan sebagai perpustakaan video, namun juga tempat membangun komunitas yang solid.

Para kreator dirangkul untuk bertukar pikiran soal hal-hal yang perlu dikembangkan dari YouTube. Penikmat YouTube pun diharapkan bisa memaknai platform tersebut sebagai wadah bersosialisasi.

Platform komputasi yang kokoh

Ada masa di mana komputasi dimaknai sebagai komputer besar di meja kerja. Lalu dalam kurun waktu relatif cepat, ukuran prosesor dan sensor berevolusi menjadi kecil dengan harga murah.

Saat itulah era perangkat mobile dimulai. Google mengambil kesempatan itu dengan membangun ekosistem Android. Kini, sistem operasi tersebut menjalankan mayoritas smartphone di muka bumi.

Tak puas sampai di smartphone, Android menyelinap pada pergelangan tangan manusia menjadi "Android Wear". Menamai diri sebagai arloji pintar alias smartwatch, Android Wear hendak meningkatan konektivitas yang lebih fleksibel.

Lalu, bersamaan dengan upaya pengembangan Android Wear, Google pun turut meramaikan industri virtual reality. Tak cuma Google, vendor kawakan lain semacam Samsung, LG, dan Apple juga mulai fokus menggarap perangkat tersebut.

Google Cloud Platform

Tak melulu menyasar masyarakat umum, Google pun ingin menggarap pasar bisnis alias enterprise. Memanfaatkan infrastruktur yang dinamai "Google Cloud Platform", Google memasarkan sistem teknologi profesional untuk perusahaan yang mengandalkan teknologi.

Sederhananya, Google menjual sistem komputasi berbasis cloud. Sistem tersebut dijamin memudahkan perusahaan untuk memonitor perkembangan perusahaan.

Sifatnya dikatakan otomatis, mengandalkan machine learning, penyimpanan fleksibel, hemat biaya, memiliki beragam tool yang produktif, serta mampu menganalisa pertumbuhan perusahaan secara tepat.

Di ranah ini, Google bersaing dengan Amazon Web Services dan Microsoft Azure. Masing-masing memiliki kelebihannya sendiri.

Membangun untuk semua orang

Google yakin internet membawa peradaban baru yang bisa menguntungkan semua orang. Misalnya, dengan memanfaatkan Google Cloud Platform, banyak orang yang bisa membuat aplikasi mobile dan memasarkannya untuk mencari duit.

Di lain sisi, lewat YouTube, kreator bisa menciptakan beragam jenis video. Baik berkaitan dengan game, musik, mapuan video blog (vlog). Dari situ, kreator bisa mencari duit jika pageview-nya menjanjikan.

Misalnya melalui kerja sama iklan dengan brand tertentu, atau melalui iklan yang mengalir dari Google.

Mekanisme serupa juga dialami para blogger yang aktif di blogspot. Jika banyak yang mengunjungi blog mereka, akan banyak pula iklan yang ingin nebeng. Dari situ, pundi-pundi uang bisa dikumpulkan.

Jika semuanya sama-sama diuntungkan dengan solusi-solusi dari Google, atau istilahnya "win win solution", maka slogan "don't be evil" yang dianut Google rasanya masih relevan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com