Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Reska K. Nistanto

Wartawan teknologi dan pehobi dunia penerbangan.

kolom

Turbulensi Pesawat Etihad Begitu Hebat, Mengapa Bisa Terjadi?

Kompas.com - 05/05/2016, 14:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorReza Wahyudi

Nah, saat memasuki area Tropopause yang ketinggian lapisannya fluktuatif itulah, CAT bisa terjadi.

Pesawat seperti tersedot dari ruang udara berkepadatan tinggi ke rendah, akibatnya ketinggian jelajah bisa anjlok.


Penumpang di dalam pesawat yang tidak menggunakan sabuk pengaman bisa terlempar ke udara dan berisiko cedera akibat membentur langit-langit kabin atau terbanting ke lantai kabin.

Turbulensi bisa jatuhkan pesawat?

Dalam satu kasus, jika turbulensi terjadi di ketinggian pesawat yang rendah relatif terhadap permukaan bumi (saat takeoff/landing) bisa berakibat fatal.

Turbulensi yang terjadi dalam ketinggian dan kecepatan rendah ini disebut dengan windshear/microbursts.  Sama dengan CAT, jenis turbulensi seperti ini susah untuk dideteksi.

Karena terjadi di ketinggian yang rendah, pilot hanya memiliki waktu yang singkat untuk melakukan manuver recovery. Jika manuver tidak berhasil, atau lambat dilakukan, akibatnya pesawat bisa terbanting ke permukaan.

Salah satu contoh kecelakaan yang disebabkan oleh windshear adalah Delta Air Lines Penerbangan 191 pada 2 Agustus 1985 di Florida, AS.

Teknologi untuk mengantisipasi

Sulit untuk mendeteksi CAT bagi pilot yang menerbangkan pesawat, karena instrumen di kokpit, seperti radar cuaca saja tidak cukup.

Radar cuaca yang menggunakan dopler memang bisa mendeteksi awan dan kepadatannya, namun dalam kasus CAT, tidak ada kondensasi udara di dalamnya, dengan demikian, radar dopler tidak bisa menangkapnya.

Jika ada peranti yang mampu memprediksi CAT, maka itu adalah radar LIDAR (Light and RADAR), teknologi yang menggunakan cahaya alih-alih gelombang radio untuk mengukur posisi dan kecepatan angin. Namun alat ini jarang dipasang di pesawat-pesawat komersil.

Nasa Peranti LIDAR yang diuji coba dalam pesawat diharapkan bisa memberi peringatan jika di depan ada ruang udara yang berpotensi menyebabkan clear air turbulence.
Salah satu patokan yang dipakai oleh pilot untuk waspada terhadap CAT adalah awan cirrus tipis yang menggantung.

Dengan melihat pola awan cirrus di atas, melihat arah ujung awannya menuju, bisa dijadikan patokan tidak resmi untuk menebak arus jet stream.

Selain teknologi radar, pabrikan pesawat kini juga mengembangkan teknologi sayap pesawat yang bergerak aktif untuk menstabilkan pesawat (gust alleviation system), sehingga mengurangi efek guncangan saat terjadi turbulensi.

Namun tetap saja, jika sudah dihadapkan dengan clear air turbulence (CAT), satu-satunya cara untuk mengantisipasi risiko cidera jika terjadi adalah dengan mengurangi aktivitas di atas pesawat tanpa mengenakan sabuk pengaman.

Dengan kata lain, tetap duduk dan kenakan sabuk pengaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com