Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wicak Hidayat

Penulis teknologi yang saat ini terjun bebas ke dunia startup digital. Ia aktif di Code Margonda bersama komunitas lainnya di Depok. Juga berperan sebagai Tukang Jamu di sebuah usaha rintisan bernama Lab Kinetic.

kolom

Sebuah Radio, Kumatikan

Kompas.com - 10/05/2016, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorDeliusno

Tapi ada satu hal yang tidak dimiliki layanan itu: mereka tidak ada penyiarnya.

Saya sudah menyadarinya, tapi sungguh lebih menohok ketika membacanya sendiri dari “orang radio”. Dalam tulisan di blognya, Rane Hafidz -- yang lebih akrab di kepala saya sebagai Rane Jaf -- sangat apik menuturkan peran radio yang diambilalih oleh layanan streaming. Baca deh di: http://suarane.org/layanan-streaming-musik-quo-vadis-radio/

Nah, coba simak nasihat Rane untuk radio. Intinya, kalau boleh saya sok menyimpulkan: jika satu-satunya yang tak dimiliki layanan streaming adalah manusia alias penyiar radio, maka penyiar radio harus menjadi relevan dengan pendengarnya dan bisa menjadi teman.

Sampai Paket Data Penghabisan

Satu hal yang cukup memberatkan dari layanan streaming musik adalah biayanya. Bukan biaya langganan bulanannya lho, tapi biaya paket datanya. Mungkin Anda bertanya, “paket data apa, kan bisa disimpan dulu lagunya, saat terhubung ke Wifi?”

Begini, untuk bisa menikmatinya ala radio, saya harus rela mengaksesnya dengan paket data. Lagipula, saya tidak cukup rajin untuk mengunduh playlist untuk esok hari (apalagi untuk seminggu ke depan). Jadi ya, terpaksa lah menggunakan paket data.  

Oh la la, pernah satu kali saya benar-benar mendengarkannya sampai paket data penghabisan. Setelah itu tiba-tiba termangu karena saya sadar kalau paket data itu masih dibutuhkan untuk komunikasi di perjalanan. Terpaksa beli “doping” paket data, yang dijamin bakal boros karena sebelum habis kuotanya sudah masuk lagi ke siklus berikutnya dari paket data langganan.

Tapi bicara biaya, sisi lain dari layanan streaming adalah biaya yang dibayarkan layanan streaming itu ke musisi. Entah skemanya seperti apa, tapi ini konon berpotensi jadi sumber dana. Ingat kan ketika ringbacktone merajalela, dan para musisi berpesta?

Tunggu dulu. Benarkah dananya mengalir ke musisi?

Taylor Swift kalau tidak salah pernah mengajukan keberatan atas aliran dana royalti dari layanan streaming tertentu. Ia merasa diperlakukan tidak adil, dan ujung-ujungnya mencabut seluruh lagunya dari layanan itu.

Ada juga Thom Yorke, vokalis Radiohead, yang pernah menganalogikan layanan streaming tertentu sebagai: this is like the last fart, the last desperate fart of a dying corpse. Lalu, entah ada hubungannya atau tidak, album terbaru Radiohead masih belum tersedia di layanan streaming itu.

Tentu saja ada teori konspirasi (tak terbukti, entah benar atau tidak) bahwa kedua musisi tadi sebenarnya mendukung layanan pesaing. Karena Swift, misalnya, masih memiliki katalog lengkap di layanan streaming lain. Album terbaru Radiohead juga disebut tersedia di layanan itu.

Ah, sudahlah, mungkin ada unsur persaingan bisnis di situ, mungkin ada idealisme atau mungkin juga tidak ada apa-apa. Apapun itu, layanan musik streaming memang pelan-pelan mulai merasuki keseharian kita.

Di mobil, setiap pagi, sebuah radio saya biarkan mati. Musik streaming dinyalakan, dan diam-diam sepertinya saya perlu buat playlist berisi lagu-lagu kenangan dari sebuah warnet. Siapa tahu, salah satu lagu dari playlist itu bisa membangkitkan senyuman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com