KOMPAS.com - Samsung mengungkap hal mengejutkan dalam acara peluncuran duo flagship Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge di Barcelona, Spanyol, akhir Februari lalu.
Alih-alih menaikkan resolusi kamera seperti tren pasar pada umumnya, Samsung justru menurunkan “megapiksel” penangkap gambar pada kedua ponsel.
Resolusi kamera Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge hanya 12 megapiksel, lebih rendah dibandingkan pendahulunya, Galaxy S6 dan S6 Edge.
Namun, itu bukan berarti Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge bisa dipandang sebelah mata untuk urusan jepret menjepret.
Selain resolusinya masih sangat mencukupi untuk semua kasus penggunaan, kamera duo smartphone ini ternyata mampu menghasilkan foto yang indah di segala kondisi.
DXOMark juga menobatkan Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge sebagai dua ponsel dengan kamera terbaik yang ada sekarang.
Seperti apa tangkapan gambarnya? KompasTekno melakukan penelusuran singkat atas kinerja kamera Galaxy S7 Edge selama beberapa waktu. Ulasannya bisa dilihat di bawah.
Perlu ditambahkan bahwa baik Galaxy S7 maupun Galaxy S7 Edge dilengkapi unit kamera yang sama. Jadi, hasil foto keduanya pun bakal serupa.
Antarmuka kamera
Pada Galaxy S7 Edge, Samsung menyertakan aplikasi kamera default yang lengkap tapi tetap mudah digunakan. Aplikasi tersebut bisa dipanggil secara cepat dengan menekan tombol home sebanyak dua kali.
Kamera pun akan langsung dijalankan, bahkan ketika sebelumnya layar ponsel dalam kondisi mati atau terkunci. Hal ini mempermudah pengambilan gambar secara spontan.
Ada sejumlah mode yang bisa digunakan oleh pengguna, Mode “Auto” menyajikan antarmuka yang simpel dan tanpa basa-basi.
Sisi bawah (atau kanan dalam orientasi landscape) diisi deretan tombol shutter kamera dan perekaman video seperti biasa, berikut shortcut ke gallery, switch kamera depan atau belakang, dan mode pemotretan.
Alhasil, jepretan Galaxy S7 Edge pun tampak lebih “kotak” dan tidak memenuhi layar hingga ke pinggir, baik ketika dilihat dalam orientasi landscape ataupun portrait (layar ponsel memiliki aspect ratio 16:9).
Pengaturan exposure compensation bisa dilakukan lewat slider yang muncul di atas tombol shutter, setelah kamera mengunci fokus. Ini mempermudah pengguna mengatur setting exposure, apabila gambar dirasa terlalu terang atau gelap.
Mode “Pro” membuka serangkaian opsi pengaturan tingkat lanjut, termasuk pengambilan gambar RAW (dengan format DNG) untuk pengolahan gambar lebih fleksibel.
Dalam mode Pro, pengguna bisa mengatur aneka parameter seperti kecepatan rana, ISO, white balance, exposure compensation, area metering, juga fokus secara manual.
Mode Pro juga menampilkan kotak-kotak kecil berwarna hijau di area tengah frame. Mereka melambangkan titik-titik phase detection autofocus yang tengah aktif dan mampu mengunci fokus dengan sangat cepat ketika mengikuti subyek yang bergerak, termasuk ketika merekam video.
Syaratnya, subyek harus tercakup dalam area phase detect yang berada kurang lebih di 50 persen area tengah frame ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.