John Giannandrea, bos Artificial Intelligence Google, mengatakan musim panas akan tercapai jika mesin, komputer, kecerdasan buatan, atau apa pun sebutannya, sudah bisa membaca sebuah teks, lalu menceritakan kembali isi teks itu. Dengan kata lain, mesin yang sudah bisa memahami sebuah teks.
John tak menampik bahwa saat ini ada ketakutan pada terciptanya sebuah super-intelligence. Sebuah sistem AI yang bisa menghasilkan AI lainnya, replikasi dan evolusi di saat yang sama, mesin yang mampu menghasilkan mesin lain yang semakin pintar. Mesin yang bisa berpikir sendiri, sungguhan, dan kemudian mengambil kesimpulan: manusia harus dimusnahkan!
John mengatakan, sudah ada upaya untuk menangani hal itu. Ia mengaku saat ini hanya fokus pada menghadirkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Mungkin ia tak mau terlalu memikirkan ketakutan-ketakutan itu. Rasa takut kadang memang membuat lumpuh dan lemah, sehingga manusia tak mau bergerak maju.
Era AI First
Beberapa pihak di lembah silikon sedang mengembangkan kecerdasan buatan dengan sungguh-sungguh. Google bisa jadi adalah yang paling depan, dengan berbagai upaya machine learning mereka. Namun Facebook tak bisa diabaikan begitu saja, perusahaan jejaring sosial ini juga sedang melakukan banyak upaya di bidang kecerdasan buatan.
Apa pun itu, perlombaan baru saja dimulai. Dulu, manusia dipaksa untuk berpikir “computer first” artinya dalam berkegiatan selalu memikirkan bagaimana peranan komputer. Mudahnya, seorang yang buka toko akan memikirkan bagaimana komputer dengan segala kemampuannya bisa dimanfaatkan untuk membantu operasional toko.
Setelah itu, adalah era “internet first”, di sini mungkin pemilik toko tadi perlu berpikir bagaimana menjadikan barangnya tersedia untuk dibeli lewat internet. Mungkin, lewat toko online?
Kemudian, datang era “mobile first”, bahwa segala upaya yang kita lakukan perlulah mempertimbangkan dunia mobile terlebih dahulu. Kembali ke contoh toko tadi, mungkin pemilik toko jadi bertanya, bagaimana pengguna smartphone bisa belanja di tokonya. Mungkin, harus ada aplikasinya?
Nah era berikutnya, konon adalah “AI first”. Artinya, si toko tadi mungkin perlu memikirkan apakah dalam berjualan, ia bisa memanfaatkan kecerdasan buatan. Mungkin, yang berjualan di tokonya adalah AI, menggantikan peran customer service.
Bayangkan kalau, pelayan toko adalah kecerdasan buatan. Eh ternyata, yang membelinya juga kecerdasan buatan. Nah lho, mau bagaimana lagi ini? Apakah antar mesin bakal bisa saling tawar-menawar harga?
"Bisa lebih murah gak, bot?" Kata mesin yang membeli.
Lalu mesin yang berjualan menjawab, "Jangan sadis dong, bot nawarnya."
Gila!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.