Ia pun sempat menjajal Steller tapi tak berminat menjadi pengguna setia platform tersebut. "Steller terlalu serius untuk pencitraan doang," ujarnya pada KompasTekno.
Menurut Yoga, media sosial adalah wadah mengaktualisasikan diri dengan memamerkan intelektualitas, hobi, status sosial, prestasi, serta hal-hal duniawi lainnya.
Ia memilih Instagram karena platform tersebut dinilai lebih simpel. Yoga hanya perlu mengunggah foto, lalu menyisipkan beberapa baris kalimat sebagai caption. Tak perlu pikir panjang untuk bercerita utuh seperti di Steller.
Musisi indie Dylan Amirio alias logic lost pun mengiyakan pernyataan Yoga. Ia sempat mengunduh aplikasi Steller untuk kemudian menghapusnya kembali setelah mengunggah satu cerita.
"Bingung mau bikin apa lagi. Kebanyakan pengguna Steller juga cuma bercerita tentang perjalanan dan hal-hal terkait," ia menuturkan.
Dylan juga mengindikasikan Steller sebagai platform yang kurang real-time. Pengguna harus berpikir lama untuk bercerita tentang satu topik. Lain halnya dengan Twitter dan Path yang memungkinkan pengguna berbagi cerita langsung saat mengalami peristiwa tertentu.
Pada akhirnya, pro dan kontra soal Steller kembali pada cara seseorang memaknai media sosial. Ada yang mau menggarap media sosial secara serius, ada pula yang cuma menjadikannya sebagai selingan. Tentu tak ada yang salah.
Bagi Anda yang ingin merasakan sendiri sensasi bermain Steller, aplikasi tersebut sudah bisa diunduh lewat Apple App Store atau Google Play Store.