Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/06/2016, 06:59 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

Sumber Forbes

KOMPAS.com - WhatsApp dan Telegram adalah dua platform chatting yang selama ini dianggap aman. Keduanya diklaim memiliki sistem enkripsi yang kuat, sehingga sulit ditembus peretas.

Namun, temuan baru-baru ini membuktikan bahwa anggapan tersebut salah. Pasalnya, kelompok peretas dari Israel mengaku berhasil membobol percakapan yang terjadi di WhatsApp dan Telegram.

Baca: 8 Fitur Tersembunyi di WhatsApp

Tim yang tergabung dalam Israel Ability Inc tersebut mengantungi 20 juta dollar AS atau setara Rp 270 triliun untuk membuktikan kebolehannya.

Mereka mengeksploitasi kelemahan yang tersemat pada jaringan telekomunikasi yang bernama Signalling System No.7 alias SS7.

Tim peretas tersebut mengklaim SS7 mampu menyadap semua alur komunikasi dari semua nomor telepon yang ada di planet ini, sebagaimana dilaporkan Forbes dan dihimpun KompasTekno, Senin (6/6/2016).

Lebih lanjut, mekanisme peretasannya terjadi dengan mengelabui jaringan operator agar terkoneksi ke router pada perangkat yang digunakan peretas.

Sebenarnya, mekanisme SS7 saja tak akan berhasil memecahkan enkripsi pada WhatsApp dan Telegram. Tim peretas harus menggunakan trik lebih lanjut untuk membobol enkripsi tersebut.

Baca: Begini Cara Mengatasi WhatsApp Error Layar Putih di iPhone

Menurut pengakuan tim peretas, mereka membuat akun duplikat dan mengeksploitasi SS7 lebih lanjut agar semua pesan komunikasi di WhatsApp dan Telegram bisa dimata-matai.

Trik ini pada intinya akan membuat jaringan telekomunikasi percaya bahwa akun duplikat yang dibuat tim peretas adalah akun WhatsApp atau Telegram milik targetnya.

Untuk lebih lengkapnya, berikut dua video peretasan di WhatsApp dan Telegram yang beredar.


Video tersebut mengindikasikan bahwa peretas selalu menemukan cara ampuh untuk menerobos sistem keamanan. Untuk itu, para penyedia layanan komunikasi sepatutnya terus mengembangkan sistem keamanannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Forbes



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com