Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs ICMI Disusupi "Hacker"

Kompas.com - 09/06/2016, 08:41 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

KOMPAS.com — Situs resmi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dijahili hacker atau peretas. Akan tetapi, tampilan situs tersebut tidak mengalami banyak perubahan. Si peretas hanya menambahkan sebuah pesan di satu artikel tertentu.

Peretas yang menyerang menyatakan hanya ingin memprotes soal desakan pemblokiran Google yang dilayangkan organisasi cendekiawan itu. Oleh karena itu, mereka cuma menyusup tanpa mengubah banyak hal.

Pesan tersebut diselipkan langsung di bagian yang memuat pemberitaan berjudul "ICMI Desak Pemerintah Tutup YouTube dan Google".

Baca: Tuntutan Pemblokiran Google Bukan Suara ICMI

Penelusuran KompasTekno di situs ICMI, Kamis (9/6/2016) pagi, pesan tersebut menyatakan bahwa serangan itu hanya uji coba, bukan serangan serius. Peretas meninggalkan nama sebagai Anonymous - Kota Cantik.

"Cuman secuity test ringan. Dear bapak/ibu 'Cendikiawan' ICMI, this is a friendly reminder. Improve your security first, baru ngomongin blokir Google. Anonymous - Kota Cantik," bunyi pesan tersebut.

screenshot Peretas juga mengubah summary yang mestinya ditampilkan oleh situs ICMI di halaman hasil pencarian Google
Selain itu, peretasan juga bisa diketahui dari hasil pencarian Google. Bila mencari kata "ICMI", akan muncul hasil pencarian yang salah satunya adalah alamat situs resmi ICMI.

Perhatikan bagian yang biasa diisi keterangan mengenai situs tersebut. Alih-alih menemukan summary, pengguna justru akan menemukan pesan serupa dari peretas anomim itu.

"Improve your securty first, baru ngomongin blokir Google," begitu bunyinya.

Sebelumnya, ICMI sempat mengumumkan permintaan untuk memblokir Google dan YouTube. Salah satu alasannya adalah soal konten pornografi serta kekerasan yang bisa diakses melalui kedua layanan.

Namun, permintaan tersebut sudah pasti ditolak oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika karena nyatanya Google dan YouTube hanyalah alat, bisa dimanfaatkan untuk tindak positif atau negatif tergantung pemakai. Pemblokiran mestinya diarahkan pada konten negatif saja, bukan pada alat pengaksesnya.

Baca: Pemerintah Tak Mungkin Blokir Situs Google dan YouTube

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com