Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Berburu Monster Pokemon Go "Venusaur" di Stadion GBK

Kompas.com - 17/07/2016, 13:26 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Minggu (17/7/2016), di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) terasa berbeda. Kalau biasanya orang-orang berkumpul di sekitar stadion untuk joging dan olahraga lain, kali ini semuanya mengerumuni satu titik sambil menunduk menatap ponsel.

Ya, Anda tidak salah langsung membayangkan Pokemon Go. Permainan ini memang sedang populer dan kebetulan, lebih kurang sejak pukul 8.30 pagi ini beberapa Pokestop di GBK dipasangi Lure Module, maka orang-orang pun mengerumuninya.

Pokestop adalah istilah untuk menyebut titik-titik tertentu yang bakal memberikan item gratis pada para pelatih Pokemon. Sedangkan Lure Module, merupakan alat untuk memanggil monster yang mesti dipasang di Pokestop dan aktif selama 30 menit. Modul ini bisa dipakai beramai-ramai.

KompasTekno yang mencari tahu soal jenis-jenis Pokemon di sekitar stadion itu pun otomatis ikut berkerumun. Bukan apa-apa, membeli Lure Module sendiri cukup mahal, Rp 15.000 untuk sekali pakai. Kalau ada yang gratis dan beramai-ramai lebih asyik kan?

Nah, selama hampir dua jam duduk, berdiri, dan berkeliling di sekitar dua Pokestop antara Pintu I dan II Stadion GBK, saya menemukan banyak monster. Mulai dari yang biasa saja, hingga yang tergolong langka.

Yoga Hastyadi/Kompas.com Peta Pokestop "Pokemon Go" di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (17/7/2016)
Selama 45 menit pertama, hanya monster mungil dan biasa saja yang terlihat. Daftarnya, antara lain kami menemukan Caterpie, pokemon ulat berwarna hijau; Bellsprout, pokemon tumbuhan berkepala lonceng; Zubat, pokemon kelelawar biru; Poliwag, pokemon kecebong dengan perut spiral; Weedle, ulat kuning; Pidgey, pokemon burung dara; Staryu, si bintang laut; Ekans, si ular ungu dan Doduo, si burung berkepala dua.

Kemudian ada juga pokemon Slowpoke, monster berwarna merah muda yang selalu terlihat melongo; Pinsir, berwujud kumbang rusa

Oh ya, sebelum memasuki jogging track di depan Pintu I dan II, tempat Pokestop itu, kami juga sempat menemukan Rhyhorn, pokemon berwujud badak yang berkeliaran. Setidaknya, sensor penunjuk Pokemon mengindikasikan ada empat Rhyhorn yang berada dalam jangkauan.

Pokemon-pokemon biasa itu memiliki CP antara 10 sebagai terendah, hingga 249. Soal CP ini tampaknya bervariasi, jadi meski monster dan lokasinya sama, trainer satu dan lainnya bisa saja mendapat CP berbeda. KompasTekno sempat mendapatkan Bellsprout dengan CP 249, cukup tinggi untuk golongan monster biasa.

Setelah 45 menit menangkapi banyak pokemon biasa dan menetaskan satu telur, tiba-tiba terdengar orang-orang bersorak keras. Sumbernya, tentu saja, dari kerumunan sekitar 50 orang yang berada di antara dua Pokestop itu.

“Woooooooooo,” teriak mereka serentak.

Ponsel yang saya pegang pun bergetar, bukan karena teriakan mereka. Ternyata, di antara Pokestop berwujud mural penari adat dan patung pemain volley itu muncul Venusaur.

Yoga Hastyadi/Kompas.com Pokestop di stadion Gelora Bung Karno sempat menampilkan monster Pokemon Go Venusaur, Minggu (17/7/2016).

Ini merupakan pokemon berwujud dinosaurus raksasa, berkulit biru dan memanggul tanaman mirip paduan bunga bangkai dengan batang palem di punggungnya. Salah satu pokemon yang langka untuk bisa ditangkap langsung di alam liar.

“Venusaur, venusaur!” teriak kerumunan yang sama, masih serentak.

Orang orang yang tadinya sedang lari santai pun langsung minggir. Mereka berhenti dan mengecek game Pokemon Go. Beberapa yang memang tidak memegang ponsel, tetap lanjut bersepeda, joging dan lain-lain, sambil menatap heran pada kerumunan di antara dua Pokestop tersebut.

Saya pun ikut berusaha menangkap Venusaur. Kali ini usaha yang cukup berat. Sudah hampir 10 Pokeball yang saya lemparkan dan dinosaurus itu tetap saja berontak keluar. Maklum, lingkaran penunjuk mengindikasikan warna merah dan CP Venusaur di hadapan saya, 561.

Akhirnya saya coba jinakkan dinosaurus itu menggunakan Razz Berry, setidaknya dua kali hingga dia mau menurut dan tak berontak memasuki Pokeball yang saya lemparkan.

Tampaknya tak semua berhasil menangkapnya. Sebab, selain mereka yang diam-diam tersenyum, ada saja terdengar yang berteriak, “Aduh! hape gue hang!”.

Yah, apa mau dikata, game yang sebenarnya belum dirilis di Indonesia ini memang sering hang. Konon, Niantic, perusahaan pengembangnya kewalahan menangani lonjakan pengakses Pokemon Go dari seluruh dunia. Pengakses yang rata-rata memainkannya menggunakan file APK dari “jalur belakang”. (Baca: Ini Link Download APK Pokemon Go)

Usai penangkapan Venusaur ini, yang berlangsung lebih kurang 10 menit, orang-orang yang semula berhenti joging dan ikut menangkap Pokemon pun mulai bubar. Keruman yang sempat membengkak, mungkin menjadi 70 orang, kembali seperti semula.

Suasana Pokestop tetap ramai. Dan hingga pukul 10.35 WIB, Lure Module masih saja terpasang -kelihatannya memang sengaja diperbarui.

Sambil mengetik, saya pun masih bisa menangkap dua pokemon yang cukup langka, yaitu Kingler, si raja kepiting; dan Growlithe, anjing berbulu oranye dengan belang hitam.

Sedangkan orang-orang yang tadinya berdiri, kini mulai duduk nyaman di atas aspal. Rasanya seperti melihat sebuah upacara yang khidmat, semua orang dalam posisi seragam, duduk, menunduk, menatap layar ponsel sambil menangkap Pokemon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com