KOMPAS.com - Kesuksesan Pokemon Go terkesan begitu instan dan terburu-buru. Hanya dalam dua pekan setelah dirilis, game mobile keluaran Nintendo itu mampu meraup pendapatan rata-rata Rp 26 miliar per hari dari fitur berbayar alias in-app purchase. Popularitasnya pun sudah mengalahkan terminologi "porno" pada mesin pencari.
Yang paling fenomenal, Pokemon Go mampu menciptakan kebiasaan baru bagi netizen. Selain selfie, netizen kini juga doyan berkeliaran di jalanan nyata untuk berburu Pokemon liar di dalam game.
Penyatuan dunia nyata dan game pada Pokemon Go dimungkinkan teknologi augmented-reality dan global positioning system (GPS). Ide brilian tersebut datang dari John Hanke yang merupakan pendiri sekaligus CEO Niantic Labs.
Baca: Pemain Pokemon Go Kembali Temukan Mayat
Niantic Labs sendiri merupakan studio game yang mengembangkan Pokemon Go, bekerja sama dengan Nintendo dan Pokemon Company.
"Saya selalu berpikir bisa membuat game keren dengan data GPS. Kita bisa bertualang di dunia nyata dalam basis game," kata Hanke.
Proses 20 tahun
Di balik kesuksesan Pokemon Go yang seakan diraih sekejap, Hanke mengalami proses jatuh bangun selama lebih kurang 20 tahun. Semua bermula pada tahun 1996, ketika Hanke masih duduk di bangku sekolah.
Kala itu ia berhasil mengembangkan game berjenis massively multiplayer online (MMO) dengan nama Meridien 59. Hanke kemudian menjual game itu kepada perusahaan konsol game 3DO. Dana yang terkumpul digunakan untuk mewujudkan ambisi utamanya mengembangkan peta digital.
Baca: Serunya Berburu Monster Pokemon Go Venusaur di Stadion GBK
Pada tahun 2000, Hanke akhirnya mendirikan perusahaan pemetaan digital 3D bertajuk Keyhole. Google melihat potensi teknologi yang dikembangkan Keyhole dan mencaplok perusahaan itu pada 2004.
Teknologi Keyhole menjadi cikal bakal Google Earth. Hanke diposisikan sebagai nakhoda dalam divisi Google Geo yang membawahkan tiga layanan, yakni Google Earth, Google Maps, dan Google Street View.
Bikin startup sendiri
Hanke berkarier di Google selama enam tahun hingga 2010. Pada satu titik, Hanke memutuskan untuk membuat startup sendiri bernama Niantic Labs yang didanai Google. Startup itu fokus menciptakan game berbasis peta sesuai dengan impian Hanke.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.