Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Interkoneksi Turun, Apa Kata Operator?

Kompas.com - 03/08/2016, 18:28 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah mengumumkan hasil penghitungan tarif interkoneksi tahun 2016. Secara rata-rata dari total 18 skenario interkoneksi jaringan seluler, terjadi penurunan 26 persen dibanding tarif sebelumnya.

Ke-18 skenario yang dimaksud merupakan rincian kategori interkoneksi, mulai dari panggilan lokal ke fixed line, lokal ke mobile, lokal ke satelit, hingga biaya terminasi SMS.

Bagi masing-masing operator telekomunikasi, efek penurunan tarif interkoneksi ini berbeda-beda. Ada kemungkinan untuk membuat tarif telepon jadi makin murah, meski bisa juga tak berpengaruh banyak.

"Penurunan yang terjadi bervariasi, sesuai dengan line per line pada skenario perhitungan interkoneksi. Kalau efek retail panggilan seluler ke seluler, mungkin ada tapi nggak banyak," ujar CEO Indosat, Alexander Rusli kepada KompasTekno, Rabu (3/8/2016).

CEO XL Axiata Dian Siswarini juga berpendapat bahwa penurunan tarif interkoneksi akan berpengaruh pada makin murahnya tarif ritel. Tapi belum diketahui seberapa murahkah penurunan tersebut.

“Walaupun penurunan tarif interkoneksi tidak sesuai dengan yang kami harapkan, tapi kami sambut positif. Tentu ada pengaruhnya terhadap tarif retail. Tapi belum bisa dipastikan levelnya," terang Dian.

Sedangkan Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys justru berpendapat penurunan sebesar rata-rata 26 persen itu kemungkinan tidak banyak berpengaruh pada perusahaan. Pasalnya, layanan voice atau panggilan telepon, bukan sesuatu yang dominan bagi Smartfren.

“Kami revenue dari voice cuma 30 persen, sisanya dari data. Karena itu penurunan interkoneksinya ini tidak terlalu berpengaruh, voice-nya kecil,” terang Merza.

“Kalau operator lain yang revenue voice-nya besar, mungkin saja terpengaruh,” imbuhnya.

Sementara itu, Vice Presiden Director Hutchson Tri Indonesia, M. Danny Buldansyah meyambut baik soal penurunan tarif interkoneksi sebesar 25 persen itu.

Di sisi lain, dia juga mengaku berharap terjadi penurunan yang lebih besar, apalagi dengan makin berkurangnya pengguna layanan voice.

“Saya cukup senang. Kalau ada kekecewaan pun, kenapa kelamaan itu loh. Harusnya dari Januari sudah bisa (umumkan penghitungan interkoneksi). Saya yakin, pemerintah men-delay ini pun karena ingin mendapatkan informasi yang lebih komprehensif sehingga bisa dipertanggungjawabkan keputusannya,” terang Danny.

"Secara idealnya, kalau dari saya lihat cost saya sendiri ya tanpa melihat legacy dengan coverage yang kita miliki, biaya interkoneksi Tri Rp 125-130. Barangkali kalau turunnya sekitar 50-60% yang buat Tri. Tapi ya itu pandangan Tri dengan network Tri saja,” imbuhnya.

KompasTekno juga telah menghubungi CEO Telkomsel, Ririek Adriansyah, namun Ia mengatakan belum bisa memberi pendapat terkait penurunan tarif interkoneksi tersebut.

Sekadar diketahui, tarif interkoneksi adalah biaya yang mesti dikeluarkan operator untuk melakukan panggilan lintas jaringan.

Tarif itu hanya salah satu komponen dalam menentukan tarif ritel yang akan dikenakan pada pelanggan layanan telekomunikasi. Selain itu masih ada perhitungan mengenai margin dan service activation fee.

Formula perhitungan tarif interkoneksi ini ditetapkan oleh Pemerintah, dan operator hanya memasukan data yang diperlukan sesuai dengan kondisi jaringan masing-masing operator.

Hasil perhitungan tarif interkoneksi tahun 2016 akan mulai berlaku pada 1 September 2016 hingga Desember 2018 dan bisa dievaluiasi oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) setiap tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com