KOMPAS.com - Tahun 2012, Apple meniadakan Google Maps dari sistem operasi mobile terbarunya ketika itu, iOS 6. Aplikasi pemetaan yang hadir di iOS versi-versi sebelumnya ini digantikan oleh layanan serupa bikinan Apple sendiri yang bernama Maps.
Kemunculan Maps disertai gembar-gembor soal aneka fitur baru yang dibawanya, seperti “Interactive 3D View”, “turn-by-turn-spoken directions”, dan “flyover”. Tapi kenyataan yang ditemui sungguh mengecewakan karena Maps justru payah disatu hal yang paling penting: akurasi peta.
Kejadian pengguna yang nyasar pun banyak terjadi di masa-masa awal kemunculan Apple Maps tersebut. Layanan peta ini bahkan dipandang mengancam keselamatan oleh pihak kepolisian di sejumlah negara.
Ada apa di balik debut Apple Maps yang berantakan? Senior Vice President Apple Eddy Cue mengakui bahwa pabrikan berlambang buah apel tergigit itu dulu terlalu meremehkan proses pembuatan layanan peta.
“Jalanan-jalanan sudah diketahui, begitu juga daftar restoran. Ada Yelp dan OpenTable, mereka punya semua alamat. Surat bisa dikirim, FedEx juga bisa mengirim barang. Jadi kami pikir, memangnya sesusah apa sih?” kata Cue dalam sebuah wawancara dengan Fast Company, sebagaimana dirangkum oleh KompasTekno, Selasa (9/8/2016).
Ditendang
Saat mengetahui bahwa kiprah perdana Apple Maps ternyata bertolak belakang dari harapan, para eksekutif Apple pun sibuk rapat untuk menentukan langkah berikut, apakah akan ngotot mengembangkan Maps atau lempar handuk dan kembali menggandeng Google seperti sebelumnya.
Kelar berdiskusi, para pengambil keputusan di Apple sepakat untuk memperbaiki dan terus mengembangkan Maps. Namun perubahan mesti dilakukan supaya layanan ini tak melulu bikin nyasar dan kecewa.
Scott Forestall, seorang petinggi Apple yang telah bekerja selama lima belas tahun dan membawahi tim pengembangan Maps, ditendang dari perusahaan. CEO Tim Cook sibuk berkali-kali meminta maaf ke publik terkait kekacauan yang ditimbulkan.
Tim pengembang yang bertanggung jawab atas layanan Maps pun diperkuat. Dulu, semasa dipimpin Forstall, tim ini hanya beranggotakan “lusinan” orang yang bekerja secara terisolasi dari lingkungan lainnya di perusahaan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.