Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Banyak Serangan "Cyber" dari Indonesia?

Kompas.com - 30/09/2016, 17:12 WIB
Oik Yusuf

Penulis

KOMPAS.com - Serangan cyber banyak terjadi di Indonesia, baik yang berkutat di dalam negeri maupun menyasar target di luar negeri. Indonesia bahkan sempat tercatat sebagai salah satu sumber serangan cyber terbesar di dunia, menurut data perusahaan penyedia layanan cloud Akamai, pada 2013 lalu.

Mengapa cyber attack marak di Tanah Air? Pihak Microsoft menjelaskan salah satu kemungkinan penyebabnya adalah penggunaan software bajakan yang masih marak, berikut ketidaktahuan konsumen mengenai bahaya cyber.

Sudimin Mina, Software Asset Management Microsoft, mencontohkan pengunduhan aplikasi mobile dari sumber meragukan di internet, yang sering disusupi malware.

"Program berbahaya ini kerap meminta izin (permission) untuk mengakses macam-macam data dari ponsel, seperti daftar kontak, lalu langsung diberikan tanpa pikir panjang,” kata Sudimin dalam konferensi pers sosialisasi bahaya penggunaan software bajakan di Jakarta, Jumat (30/9/2016).

Begitu permission diberikan, malware akan bisa mencuri data pribadi dan mengirimkannya ke server penjahat cyber yang membuat program jahat tersebut.

Sementara, di Indonesia belum ada undang-undang yang khusus mengatur privasi dan keamanan data di ranah cyber sehingga menurut Sudimin hal semacam ini tidak bisa ditindaklanjuti, kalaupun pelakunya bisa ditangkap.

Baca: Serangan Cyber Dunia, Terbanyak dari Indonesia

Karena itu, dia mengimbau para pengguna perangkat digital, terutama mobile, agar lebih berhati-hati karena benteng pertahanan pertama adalah diri sendiri. “Di dunia online, akuntabilitas tertinggi itu ada di tangan individu.” ujarnya.

Oik Yusuf/ KOMPAS.com Dari kiri ke kanan: Software Asset Management Microsoft Indonesia Sudimin Mina, penyiar dan presenter Muhammad Farhan, dan Sekretaris Jenderal Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan Justisiari P. Kusumah dalam konferensi pers sosialisasi bahaya penggunaan software bajakan di Jakarta, Jumat (30/9/2016).

Gara-gara “keygen"

Senada dengan Sudimin, Sekretaris Jenderal Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan, Justisiari P. Kusumah mengatakan bahwa maraknya penggunaan software bajakan merupakan salah satu faktor yang menyumbang tingginya trafik serangan cyber yang tercatat berasal dari Indonesia.

Justisiari mengatakan para pengguan software bajakan kerap mengunduh software “keygen” untuk memperoleh serial number yang diperlukan untuk mengaktivasi software ilegalnya.

Seperti aplikasi mobile yang diperoleh dari sumber meragukan, keygen alias key generator ini seringkali ditumpangi malware, entah berupa virus, trojan, atau program berbahaya jenis lain.

Begitu komputer terinfeksi malware dari keygen, sang penjahat cyber pembuat malware pun bisa mencuri informasi ataupun menjadikan komputer pengguna software bajakan sebagai “zombie” untuk melancarkan serangan cyber.

“Keygen diperoleh dari luar negeri seperti Eropa Timur atau China. Tapi, karena dipakainya di Indonesia, maka yang terdeteksi adalah IP dari Indonesia,” kata Justisiari. “Kalau angka software bajakan turun, angka serangan cyber pun akan turun juga,” pungkasnya.

Setelah sempat mencapai puncak sebagai sumber serangan cyber terbesar pada 2013, “peringkat” Indonesia kini telah menurun.

Serangan Cyber Indonesia Turun, Juara 4 Sedunia

Namun, menurut data terkini dari Akamai State of the Internet untuk kuartal II 2016, Indonesia masih tercatat dalam 20 besar daftar negara sumber serangan cyber, bersama dengan China, Rusia, dan AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com