Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelisik Alasan Google Ubah Foke Jadi Ahok di "Sungai Bersih Jakarta"

Kompas.com - 04/10/2016, 08:18 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Biasanya mesin crawling Google butuh waktu beberapa lama sebelum menemukan situs web baru. Pemilik situs web bisa mengatur untuk membatasi kerja Googlebot dalam menelusuri situs, misalnya dengan menolak kunjungan Googlebot atau memberikan instruksi khusus soal pemrosesan informasi di dalamnya.

Laman-laman web yang dikumpulkan oleh tadi kemudian diatur melalui proses indexing. Fungsinya mirip dengan bagian “index” pada sebuah buku, yakni mencatat informasi tentang tiap kata, judul, dan hal-hal lain berikut lokasinya di dalam database index.

Google juga mengatur indeks laman web ini berdasarkan jenis konten ada. Hal tersebut diperlukan karena pengguna yang mencari dengan kata kunci “sungai” mungkin tidak mencari konten teks dengan kata “sungai” saja, melainkan juga foto atau video dari obyek yang bersangkutan.

Dengan kata lain, saat pengguna melakukan pencarian di Google, sebenarnya ia tidak menelusuri sendiri seisi jagat maya, tetapi mencari konten yang sudah terdaftar di database index milik sang raksasa internet.

Tahapan berikutnya setelah crawling dan indexing adalah menyajikan hasil search pada pengguna. Database Google berukuran luar biasa besar. Jumlah situs web yang terindeks mencapai 60 triliun dengan besar ukuran file mencapai 100 juta gigabyte.

Bagaimana Google menelusuri basis data sebesar itu ketika pengguna memasukkan keyword di kolom search? Kalau sekedar menyajikan laman-laman yang mengandung kata kunci terkait, tentu hasilnya akan kacau balau dan bisa membuat bingung. Untuk mencegah hal tersebut, Google punya mekanisme penyajian hasil search yang dinilai paling relevan.

Caranya adalah dengan mengumpulkan semua laman yang berkaitan dengan kata kunci, lalu menyusun urutannya di laman hasil search berdasarkan lebih dari 200 kriteria, seperti tingkat kebaruan, kualitas situs, jumlah tautan dari situs lain yang terhubung, serta kesesuaian dengan konteks permintaan pengguna. Situs-situs yang dinilai sebagai laman spam atau berbahaya ikut disaring.

Dengan begini, diharapkan hasil search yang tersaji di urutan-urutan awal bakal sesuai dengan kebutuhan pengguna. Semua proses penelusuran database dan pemilahan informasi di atas terjadi dengan sangat cepat. Hanya dibutuhkan waktu 1/8 detik dari penekanan tombol “enter” hingga penyajian hasil search.


Google selalu ubah Foke jadi Ahok?

Nah, perkara Google yang menyarankan pengguna supaya mengganti nama “Foke” dengan “Ahok” sebenarnya berakar dari niat Google mempermudah pengguna sekaligus menyodorkan hasil search yang lebih sesuai dengan kebutuhan.

Google menggunakan beberapa cara untuk melakukan ini, seperti mengoreksi salah ketik dan menggunakan machine learning untuk coba mengerti maksud pertanyaan pengguna.

Satu cara lainnya adalah menyodorkan saran berupa kata kunci alternatif yang dinilai lebih tepat dan bisa membuahkan hasil pencarian yang lebih mengena.

Dalam hal ini, ketika pengguna coba mencari dengan keyword “sungai bersih karena Foke”, Google menyarankan untuk mengganti nama “Foke” dengan “Ahok”. Mungkin pertimbangannya didasarkan pada popularitas kata kunci yang bersangkutan.

Kata kunci “sungai bersih karena Foke” membuahkan sekitar 199.000 hasil search, sementara “sungai bersih karena Ahok” menampilkan sekitar 844.000 hasil.

Algoritma Google boleh jadi turut menimbang kesamaan antara “Foke” dengan “Ahok” yang pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah DKI Jakarta. Sedangkan, kata-kata lain di luar "foke" tidak disarankan untuk diganti dan dibiarkan apa adanya.

"Kedekatan" kata kunci Foke dan Ahok ini terus melekat di sejumlah pencarian di Google.

Coba saja googling "sungai bandung bersih karena foke", Google akan memberi saran apakah yang ingin dicari sebenarnya "sungai bandung bersih karena ahok". Begitu pula dengan pencarian "rumah digusur karena foke" akan disarankan jadi "rumah digusur karena ahok".

Jadi di sejumlah besar pencarian dengan kata kunci "foke", Google akan memberi saran ke pengguna ke pencarian kata kunci "ahok".

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com