Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wicak Hidayat

Penulis teknologi yang saat ini terjun bebas ke dunia startup digital. Ia aktif di Code Margonda bersama komunitas lainnya di Depok. Juga berperan sebagai Tukang Jamu di sebuah usaha rintisan bernama Lab Kinetic.

kolom

Malam Penuh Keringat di Berlin

Kompas.com - 18/10/2016, 11:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorReska K. Nistanto

Pada suatu malam di sebuah ruangan yang penuh dengan manusia, semua perhatian tertuju pada sebuah panggung kecil.

Ruang itu tak seberapa besar, dengan dinding batu bata cat putih, pipa-pipa telanjang di langit-langit. Dekorasi minimalis yang mengesankan tempat itu sebagai gudang atau ruang bawah tanah.

Orang-orang berdiri, hampir berdesakan. Meski di luar udara musim gugur terasa cukup dingin, di dalam ruangan terasa gerah karena kepadatan itu. Keringat pun mengalir, memaksa manusia tropis yang satu ini untuk menanggalkan jaket dan kupluk lusuhnya.

Suasana di ruangan itu cukup riuh. Tepuk tangan dan seruan-seruan sesekali terdengar. Manusia-manusia dengan minuman di tangannya, kemudian saling berbincang di sela-sela acara.

Tidak, ini bukan suasana sebuah klub malam atau pertunjukan musik. Meskipun energi yang terpancar dari ruangan itu mungkin sama besarnya dengan sebuah klub malam. Ini adalah gambaran ajang Betapitch Global, sebuah event tahunan yang digelar Betahaus Berlin--coworking space ternama di Jerman.

Suasana malam itu mengingatkan pada periode 1990-an hingga awal 2000-an. Ketika itu, di Jakarta dan sekitarnya, juga beberapa kota-kota di Indonesia, cukup banyak musisi yang merintis karirnya dari acara musik underground.

Anak muda di masa itu pun senang menghadiri acara musik underground. Selain untuk bergaul, mereka juga ingin tahu musik seperti apa yang sedang hangat di kalangan seusianya. Meskipun harus mendatangi acara yang padat, riuh dan berkeringat.

Semangat Dunia

Semangat yang kurang lebih sama  bisa dirasakan malam itu di Berlin. Orang-orang hadir untuk melihat, ide bisnis apa yang disampaikan di panggung. Dan acara ini mendatangkan startup dari berbagai belahan dunia, mereka yang telah lolos dalam Betapitch di berbagai lokasi.

Sudut pandang global itu yang membuat saya bisa menikmatinya. Karena ini bukan acara startup Berlin atau Eropa saja, yang naik ke atas panggung datang dari berbagai lokasi, dengan solusi atas masalah yang sangat beragam juga.

Wicak Hidayat Suasana Betapitch Global, sebuah event tahunan yang digelar oleh Betahaus Berlin--coworking space ternama di Jerman.
Seorang perempuan berhijab asal Kairo, Mesir, misalnya, tampil dengan solusi untuk para donor yang ingin menyalurkan dana ke organisasi masyarakat alias NGO.

Sedangkan seorang dari salah satu kota di dataran China, menampilkan teknologi proyeksi ke bidang tiga dimensi, yang penerapannya bisa mencakup mainan hingga strategi tata-ruang.

Sebelumnya, menuju ke acara puncak Betapitch itu, ada juga serangkaian diskusi panel, fireside chat hingga sesi Ask Me Anything. Menghadirkan pembicara dari berbagai bidang, mulai dari penggiat startup, investor hingga korporasi besar.

Ada juga delegasi khusus dari Korea Selatan, delapan startup dari Negeri Ginseng yang hadir untuk melemparkan ide mereka. Mulai dari augmented reality untuk mainan tanah liat (clay) hingga teknologi suara tiga dimensi.

Sambil menyaksikan pitching delegasi Korea Selatan itu, saya berkhayal: andai anak-anak Indonesia yang dapat kesempatan seperti itu, apa yang bakal mereka tampilkan? Lamunan yang membawa ingatan pada Gerakan 1.000 Startup Digital. Ah, mungkin lamunan itu lebih cocok untuk tulisan berikutnya.  

Ritual kebersamaan

Malam itu, di Berlin, orang-orang datang dari berbagai lokasi untuk menyaksikan semua itu. Jangan-jangan, seperti saya, mereka juga berharap tertular semangat yang sama.

Dan perhatikan! Bukan hanya di panggung utamanya saja--yang sesungguhnya bisa disaksikan lewat livestreaming dari belahan bumi mana pun--hadir di lokasi berarti terlibat dalam kegiatan pinggirannya juga.

Di meja-meja kecil, pada ruang cafe di bagian depan, ide-ide terlontar. Diskusi tentang apa yang harus dilakukan berikutnya, mulai dari soal dana investasi hingga tips menumbuhkan perusahaan rintisan.

Orang-orang berjejaring dan saling bertanya. Meminta nasihat dari orang asing atau sekadar melontarkan pikiran sambil berharap ada sesuatu yang lebih jelas terwujud. Di bawah permukaan, ini bagaikan kumpulan orang-orang yang kesepian.

Karena memang dunia startup, dunia bisnis rintisan, adalah dunia yang seringkali bisa begitu kejam. Peluang bisa datang dan pergi tiba-tiba, kadang tanpa peringatan terlebih dahulu. Kehilangan peluang bisa berarti rubuhnya mimpi yang sedang dirintis.

Lalu, bagaimana meyakinkan orang-orang terdekat bahwa apa yang sedang dilakukan ini pada akhirnya akan berbuah manis?

Dalam latar seperti itu, para petualang yang kesepian ini berusaha mencari teman senasib. Mungkin beberapa jam di sebuah gelaran semacam itu, mereka bisa merasa tidak sendirian. Mereguk sedikit semangat, membuka jaringan, untuk jadi modal kembali berjalan.

Tidak, ini bukan cuma pesta-pesta, sekadar hura-hura di sebuah tempat yang keren di Berlin. Ini adalah ritual kebersamaan, mungkin jadi semacam doping untuk memberanikan diri maju satu langkah lagi.

Karena merintis, tidak harus sendirian. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com