Oppo menjual perangkat lewat jaringan tokonya sendiri, menjalin kerja sama dengan mitra ritel lokal, dan menyediakan penaga pemasaran berikut insentif.
“Kami memproduksi sendiri semua ponsel… kami tak berurusan dengan distributor, kami ingin meyakinkan bahwa kami memiliki kendali dari end-to-end atas pengalaman pengguna,” kata Chief Executive Oppo Singapura, Sean Deng.
Kesinambungan strategi “bombardir pasar” Oppo masih dipertanyakan karena besarnya biaya yang diperlukan. Begitu pertumbuhan melambat, hal tersebut mungkin akan menjadi masalah.
“Saya pikir model (pemasaran Oppo) stabil, namun pertumbuhan ke depannya mungkin menurun dan membutuhkan lebih banyak investasi," sebut CK Lu, seorang analis di firma riset Gartner.
Toh, kemunculan Oppo tak urung mengejutkan para rivalnya sesama pabrikan ponsel dari China, seperti Xiaomi dan LeEco, yang selama ini lebih banyak mengandalkan online marketing.
Oppo berada di bawah payung besar BBK Electronics, raksasa elektronik China yang juga menjual ponsel dengan brand Vivo. Keduanya kini tercatat masuk dalam lima besar pabrikan smartphone dunia.
Baca: Matinya Ponsel Murah China
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.